Pandemi Covid-19 Membuat Muslim Milenial Jadi Lebih Religius
Pandemi Covid-19 mendorong sejumlah perubahan pada perilaku masyarakat, termasuk di kalangan milenial muslim. Marketing Expert Inventure Consulting, Youswohady memaparkan lima perubahan besar perilaku milenial muslim atau Millennial Muslim Megashifts yang terjadi selama pandemi Covid-19.
“Kalau dulu milenial diasosiasikan sebagai seseorang yang hedonis, suka liburan, dan malas. Namun dengan adanya pandemi membawa perubahan terhadap kebiasaan para milenial,” kata Yuswohady dalam Webinar Millennial Muslim Megashifts, Jumat (23/4).
Perubahan pertama, spiritual. Milenial muslim disebutnya cenderung menyikapi pandemi sebagai bentuk cobaan dari Tuhan. Di mana, masyarakat menjadi lebih religius dengan mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam berbagai aspek kehidupan.
“Jadi pandemi ini menjadi pengingat atau koreksi mendasar terhadap apa yang sudah kita lakukan,” katanya.
Kedua, terkait safety and security. Selama pandemi, prinsip halal menjadi satu urgensi baru bagi para milenial muslim. Persepsi halal dalam hal ini identik sebagai sesuatu yang sehat dan bersih.
Saat ini, perkembangan pasar produk makanan halal semakin meningkat. Hal ini karena konsumen selama pandemi semakin concern dengan faktor kebersihan dan kesehatan makanan.
“Bahkan pengguna internet Indonesia lebih banyak melakukan pencarian halal food dibanding health food. Ini menunjukkan bahwa makanan halal merupakan hal utama yang dicari konsumen selama pandemi,” ujar dia.
Ketiga, screen/digitalization of life. Dengan adanya pandemi, masyarakat lebih banyak melakukan kegiatan secara virtual, mulai dari bekerja, belajar, berbelanja, sampai beribadah.
Simak Databoks berikut:
Yuswohady mengatakan, setiap tahun, partisipasi masyarakat untuk memberi dan melakukan Zakat, Infak,Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) terus mengalami peningkatan, terlebih di masa krisis pandemi Covid-19. Melalui platform digital maka semua orang dapat dengan mudah melakukan pembayaran zakat, infak dan sedekah.
“Selain itu, karena konsumen muslim go online, maka sekarang ini banyak e-commerce yang membuat kanal khusus yang diperuntukkan untuk menjawab kebutuhan kaum muslim milenial,” katanya.
Perubahan ini juga melahirkan aplikasi-aplikasi digital yang berisikan konten-konten untuk mendampingi umat Islam dalam menjalankan ibadah sehari-hari terumata selama masa pandemi.
Keempat, self expression. Milenial muslim merupakan experience-seeker. Mereka kerap mencari pengalaman seru dan menyenangkan, dan tidak ingin melewatkan momen penting dalam hidupnya.
“Jadi mereka tidak hanya menjalankan hobi, tetapi juga mencari jati diri dan bereksplorasi. Di samping itu juga mereka bisa sekaligus mendalami agama,” kata Farid Fatahillah, Associate Consultant Iventure, dalam kesempatan yang sama.
Pada perubahan ini, moslemwear menjadi tren baru bagi milenial muslim. Di mana, konsumen lebih percaya diri sesuai dengan berpakaian sesuai syariah tapi tetap stylish.
“Kalau dulu baju koko cuma dipakai saat sholat, pada saat lebaran atau pengajian. Sekarang sudah bisa digunakan kemana saja karena modelnya yang lebih casual,” kata Farid.
Perubahan besar yang keempat yaitu terbentuknya emphatic generation. Pandemi menciptakan masyarakat baru yang penuh empati. Ini terlihat dari banyaknya sifat simpatik dari masyarakat khususnya milenial muslim untuk memberikan donasi atau penggalangan dana bagi masyarakat yang terkena dampak pandemi.