Cek Fakta: Tidak Benar Covid-19 Bakteri yang Terpapar Radiasi
Pesan berantai beredar di media sosial menyebutkan Covid-19 bukan virus, melainkan bakteri yang sudah terpapar radiasi. Bakteri ini bisa menyebabkan kematian pada manusia melalui pembekuan darah.
Informasi dalam pesan tersebut diklaim bersumber Kementerian Kesehatan Rusia. Dalam narasinya, dokter di Rusia tidak mau mendengarkan protokol Badan Kesehatan Dunia (WHO) melakukan otopsi terhadap pasien Covid-19.
Setelah membuka lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya dan memeriksanya dengan cermat, dokter tersebut memperhatikan pembuluh darah pasien melebar dan penuh dengan gumpalan darah. Ini yang membuat aliran darah terhambat dan mengurangi aliran oksigen.
Setelah mengetahui penelitian ini, Kementerian Kesehatan Rusia segera mengubah protokol pengobatan untuk Covid-19 dan memberikan aspirin kepada pasien.
“Tidak lain adalah koagulasi di dalam pembuluh darah (penggumpalan darah) dan metode pengobatan tablet antibiotik, anti-inflamasi dan meminum antikoagulan (aspirin). Hal ini menunjukkan bahwa penyakit dapat diobati," seperti dikutip dalam pesan tersebut.
Narasi lainnya menjelaskan Rusia sudah tidak lagi menggunakan ventilator dan unit perawatan intensif bagi pasien Covid-19. Tiongkok pun sudah mengetahui hal ini, tetapi tidak pernah merilis laporannya.
Penelusuran Fakta
Narasi tersebut merupakan hoaks daur ulang dengan mencatut instansi Kementerian Kesehatan Ruisa, setelah sebelumnya narasi serupa. Klaim yang menyebut bahwa covid-19 bukanlah virus melainkan bakteri yang terpapar radiasi juga keliru.
Narasi dalam pesan ini ternyata bukan pertama kali. Sebelumnya sudah ada narasi yang sama dalam pesan berbeda yang sempat viral pada Februari 2020.
Pada Juni 2020 pun narasi serupa beredar dengan diksi yang berbeda dengan menyebutkan sumber Kementerian Kesehatan Italia. Situs resmi Kementerian Kesehatan Italia salute.gov.it, menjelaskan Covid-19 adalah keluarga besar virus yang menyebabkan berbagai penyakit mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih serius. Virus ini seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Sama halnya dengan penelusuran terkait pesan yang saat ini beredar. Tidak ada pernyataan resmi dari pemerintah maupun lembaga penelitian Rusia terkait penemuan bahwa Covid-19 bukan disebabkan oleh virus, melainkan bakteri terradiasi.
Mengutip situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), who.int, penyakit Coronavirus (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus korona yang baru ditemukan.
Kebanyakan orang yang terinfeksi virus Covid-19 mengalami gejala penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Orang lanjut usia (lansia), dan mereka yang memiliki masalah medis seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker berpotensi mengalami gejala yang lebih parah, hingga kematian.
Virus Covid-19 menyebar terutama melalui tetesan air liur atau cairan dari hidung (droplet) saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin.
Terkait bakteri yang terpapar radiasi juga terkesan mengada-ada. Penjelasannya ada dalam artikel situs situs theconversation.com berjudul "No, 5G radiation doesn’t cause or spread the coronavirus. Saying it does is destructive".
Artikel ini menjelaskan radiasi dapat bersentuhan dengan kulit, misalnya saat kita meletakkan ponsel ke telinga untuk melakukan panggilan. Ini adalah saat kita paling terpapar radiasi non-ionisasi. Tetapi eksposur ini jauh di bawah tingkat keamanan yang direkomendasikan.
Radiasi 5G tidak dapat menembus kulit, atau membiarkan virus menembus kulit. Tidak ada bukti frekuensi radio 5G menyebabkan atau memperburuk penyebaran virus corona. Radiasi dan virus ada dalam berbagai bentuk yang tidak berinteraksi. Salah satunya adalah fenomena biologis dan yang lainnya ada pada spektrum elektromagnetik.
Mengutip Reuters, pembekuan darah yang terjadi pada pasien atau trombosis memang ditemukan pada beberapa pasien. Tapi, tidak bisa disimpulkan bahwa pasien Covid-19 meninggal hanya karena trombosis. Selain trombosis, sebagian besar pasien Covid-19 meninggal karena pneumonia dan gagal napas.
British Medical Journal (BMJ) menyatakan dokter melihat tingkat penggumpalan darah pada pasien yang sakit parah dengan Covid-19 sangat tinggi. Temuan itu menjelaskan "darah pasien COVID-19 sangat lengket" karena penyakit tersebut telah meningkatkan produksi faktor pembekuan hati.
Mengenai obat Covid-19 yang tersedia di apotek, Reuters menulis, obat antiradang seperti ibuprofen memang dapat membantu mengobati gejala Covid-19 seperti suhu tinggi. Sementara, antibiotik hanya bekerja melawan bakteri. Menurut WHO, antibiotik tidak bisa digunakan untuk pencegahan atau pengobatan Covid-19 disebabkan oleh virus.
Kesimpulan
Klaim bahwa Covid-19 bukan virus, melainkan bakteri yang sudah terpapar radiasi adalah keliru. Tidak pernah ada penjelasan dari lembaga resmi Rusia, seperti yang diklaim dalam pesan tersebut.
Narasi dalam pesan tersebut merupakan dari pesan-pesan bohong yang sudah pernah beredar sebelumnya, dengan menyebutkan sumber yang berbeda.
Konten cek fakta ini kerja sama Katadata dengan Google News Initiative untuk memerangi hoaks dan misinformasi vaksinasi Covid-19 di seluruh dunia.