Membandingkan Strategi India Mengatasi Lonjakan Covid-19 Varian Delta
Varian Covid-19 Delta menjadi momok masyarakat dunia karena penularannya yang sangat cepat dan telah menyebar ke ratusan negara. Negeri asal varian tersebut, India, pernah mengalami kolaps dengan kasus positif menyentuh 400 ribu per hari pada rentang akhir April hingga pertengahan Mei 2021.
India tak hanya menjadi pusat perhatian dengan tingginya kasus, tapi menjadi perbincangan karena dianggap mampu menekan varian Delta secara signifikan. Sejak akhir Juni, grafik kasus harian dan angka kematian mulai melandai. Per 7 Juli, kasus harian Covid-19 di India sebanyak 43,9 ribu dengan total kasus aktif 466 ribu.
Kementerian Kesehatan mendeteksi penyebaran varian Delta yang membuat kenaikan signifikan kasus Covid-19 di Indonesia. Pada Rabu (7/7), penambahan kasus baru Covid-19 mencapai 34.379 orang dengan angka kematian 1.040 orang.
Pakar Epidemiologi Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menyebutkan Indonesia perlu belajar dari India dalam mempraktekan 3T (testing, tracing dan treatment), vaksinasi dan pembatasan (lockdown). Berikut uraiannya.
1. Menggenjot Angka Testing
Pemerintah India menggalakkan angka testing Covid sekitar satu juta tiap harinya saat berupaya menurunkan angka Covid-19. Dalam sebulan, angka testing berkisar 35 juta kali.
Berdasarkan data Coronaclusters.in, jumlah testing yang dilakukan pemerintah India hingga saat ini sebanyak 421,4 juta kali. India terus menggenjot testing meski kurva Covid-19 telah menurun.
Dicky menyebut cakupan 3T memang harus sangat tinggi sesuai dengan skala penduduk maupun eskalasi pandeminya. Dicky menyebut, Indonesia perlu menaikkan testing menjadi minimal 500 ribu per hari. "Jadi 3T yaitu syarat yang mutlak yang harus dilakukan selain pembatasan ketat," kata dia.
Saat ini, angka testing di Indonesia masih jauh dari ideal. Pada Rabu kemarin, jumlah testing dilakukan kepada 199 ribu spesimen. Total angka testing sejak awal pandemi tercatat 14 juta spesimen.
2. Lockdown
Pemerintah India menetapkan lockdown atau Public Health and Social Measures (PHSM) di beberapa kota besar, seperti New Delhi dan Mumbai sejak April lalu. India mulai memlonggarkan pembatasan secara bertahap saat kurva Covid-19 melandai pada awal Juni.
Lockdown diperlukan India karena kasus harian yang lebih dari 100 ribu membuat kolaps fasilitas rumah sakit. Dari laman resmi WHO, mereka menyebut bahwa dengan PHSM ini India dapat menggerus besaran kasus harian.
Dicky menyebut, langkah pembatasan mobilitas masyarakat ini diperlukan untuk mengurangi potensi penularan. Dia menilai tak perlu sepenuhnya lockdown atau mengunci wilayah. Penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat di Indonesia dianggap sudah tepat asalkan dijalankan konsisten.
“Tidak mesti lockdown, bisa juga semi lockdown seperti PPKM darurat asalkan diterapkan dengan maksimal, optimal, dan konsisten berdisiplin," kata Dicky.
3. Vaksinasi Massal
Pemerintah India memulai program vaksinasi Covid-19 pada 16 Januari 2021. Pada 6 Juli 2021, pemerintah India telah menyuntikkan 361 juta dosis, termasuk dosis pertama dan kedua.
Pasokan vaksin di India diperoleh dari dalam negeri. India memproduksi vaksin AstraZeneca di bawah lisensi Serum Institute of India dengan nama dagang Covishield. Mereka juga memproduksi sendiri merek lokal Covaxin yang dikembangkan Bharat Biotech. India juga menggunakan vaksin asal Rusia, Sputnik V dan Moderna.
Dicky menyebut vaksinasi merupakan faktor penting pengendalian kasus selain 3T dan pembatasan mobilitas masyarakat. Vaksinasi terutama perlu diprioritaskan kepada kelompok masyarakat yang beresiko tinggi seperti lansia. "Bahkan menurut saya perlu booster untuk pekerja esensial seperti tenaga kesehatan, perlu mendapat vaksinasi ketiga," kata dia.
Penyumbang bahan: Mela Syaharani
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan