Lonjakan Kasus Covid dan Distribusi Vaksin Hambat Percepatan Vaksinasi
Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan target program vaksinasi nasional yakni satu juta dosis per hari belum bisa terealisasi karena terkendala lonjakan kasus dalam beberapa minggu terakhir.
Menyusul lonjakan kasus, Siti Nadia mengatakan pemerintah kini lebih memfokuskan pada upaya penurunan kasus Covid-19 dan menekan penularan lebih banyak. Selain itu, dengan adanya pembatasan mobilitas, masyarakat menjadi enggan untuk keluar rumah dan mendatangi sentra vaksinasi di daerahnya.
“Memang akselerasi untuk kembali mencapai satu juta dosis per hari ini tertunda karena adanya kondisi tersebut,” kata Nadia dalam diskusi virtual, Selasa (27/7).
Ia mengatakan, meski terhambat, pemerintah tetap gencar untuk memberikan layanan vaksinasi kepada masyarakat dengan menggandeng berbagai pihak, seperti Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian RI. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan mendorong vaksinasi dosis pertama di daerah-daerah, khususnya di kabupaten/kota yang merupakan wilayah agolomerasi.
“Ada 57 kabupaten/kota itu dilakukan pemberian alokasi distribusi vaksin sebanyak 50% khususnya Jawa-Bali. Dan yang paling penting kita terus bekerja sama dengan pihak swasta, organisasi masyarakat, organisasi keagamaan, dan BUMN untuk lebih banyak membuka pos-pos vaksinasi,” kata dia.
Selain dikarenakan adanya lonjakan kasus, program vaksinasi juga terhambat akibat keterbatasan stok dan teknis produksi di Indonesia. Faktor lainnya adalah kendala proses distribusi vaksin Covid-19 yang belum merata di sejumlah daerah.
“Jadi memang penerimaan vaksin kita dari produsen tidak bisa datang sekaligus. Jadi bukan vaksinnya yang tidak tersedia, tapi memang sumbernya terbatas dan kita harus menunggu pengiriman, tapi begitu kita terima maka akan langsung kita distribusikan,” ujarnya.
Siti Nadia menambahkan, saat ini program vaksinasi dilakukan tidak hanya oleh kelompok masyarakat berusia di atas 18 tahun, namun diberikan juga kepada kelompok usia remaja yakni 12-17 tahun. Penambahan kelompok sasaran vaksinasi ini juga lah yang membuat jalannya program vaksinasi menjadi lambat karena stok yang terbatas namun target vaksinasinya meningkat.
“Tentunya target kita bertambah dari yang sebelumnya 181,5 juta orang menjadi 208,2 juta karena adanya tambahan rentang usia 12 sampai 17 tahun,” katanya.
Menurut Siti Nadia, provinsi yang paling cepat menjalankan program vaksinasi adalah DKI Jakarta, Bali, Kepulauan Riau, dan Sulawesi Utara. Pencapaian vaksinasi dari empat provinsi tersebut sudah di atas 50%. Angka tersebut jauh di atas pencapaian nasional yakni 21,5%, per Senin (26/7).
“Sementara di daerah lain masih berusaha untuk mengejar target vaksinasinya, karena stok dan distribusi yang terbatas,” kata dia.
Nadia menjelaskan bahwa Indonesia sementara ini sudah mendatangkan setidaknya 173 juta dosis vaksin Covid-19. Dengan rincian Sinovac 144,7 juta dosis vaksin mentah dan 3 juta dosis vaksin jadi, kemudian AstraZeneca sebanyak 14,9 juta dosis, Sinopharm 6 juta dosis, dan 4,5 juta vaksin Moderna.
Adapun untuk vaksin Sinovac mentah akan kembali diproduksi oleh PT Bio Farma menjadi vaksin jadi CoronaVac dengan kurun waktu produksi sekitar 2-3 pekan. Pun vaksin tersebut harus melalui pemeriksaan ulang oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga masih memerlukan cukup waktu.
"Jadi ada sekitar 50 juta dosis vaksin yang masih proses vaksin jadi dan quality control BPOM. Dua sampai tiga minggu semua Sinovac bulk untuk produksi sekitar 3-5 juta dosis vaksin jadi," kata dia.
Sebagai informasi, hingga Senin (26/7), pemerintah telah memberikan 64,13 juta dosis. Sebanyak 45,5 juta vaksin digunakan sebagai vaksinasi dosis pertama dan 18,6 juta vaksin dosis kedua.