Efek Travel Ban ke Indonesia, Kunjungan Turis Asing Juli Terus Turun
Sektor pariwisata belum menunjukkan adanya tanda-tanda pemulihan. Hal ini tercermin dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat penurunan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) alias turis asing sebesar 7,71% pada Juni menjadi 140,9 ribu kunjungan dibandingkan bulan sebelumnya.
"Kita terpukul karena memang pandemi masih melanda dan adanya larangan perjalanan dari luar negeri (travel ban) untuk datang ke negara kita." kata kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual, Senin, (2/8).
Margo mengatakan kinerja tahun 2021 belum menunjukkan perbaikan yang signifikan jika dibandingkan 2020. Sepanjang paruh pertama 2021, jumlah kunjungan wisman selalu di bawah angka 150 ribu kunjungan kecuali pada bulan Mei yang sempat naik ke 152,6 ribu kunjungan.
Sekalipun prospek pemulihan pada tahun ini lebih baik dibandingkan bulan-bulan awal pandemi, jumlah kunjungan wisman sepanjang April-Juni atau periode awal pandemi tahun lalu lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun ini. Jumlah wisman pada periode April-Juni 2020 berturut-turut 158,1 ribu, 161,8 ribu dan 156,6 ribu, sedangkan jumlah wisman April-Juni 2021 masing-masing 125 ribu, 152,6 ribu dan 140,9 ribu.
Margo memerinci, mayoritas atau 64% wisman yang datang pada Juni masuk melalui jalur darat. Sebagian besar masuk dari perbatasan Atambua di NTT, Aruk di Kalimantan Tengah dan Entikong di Kalimantan Barat. Sedangkan mayoritas wisman yang masuk lewat jalur laut lelalu jalur laut mayoritas melalui fasilitas penyeberangan di Batam dan Tanjung Uban di Kepulauan Riau, serta Tanjung Benoa di Bali.
Sementara jalur udara masih didominasi wisman yang masuk melalui Bandara Ydara Soekarno Hatta. Margo mengatakan jumlah wisman yang masuk melalui bandara ini naik 5,27% dibandingkan bulan sebelumnya dan naik signifikan 1.379% dibandingkan bulan Juni 2020. Dua bandara lainnya yang jadi tempat kedatangan wisman terbanyak, yaitu Sam Ratulangi di Manado dan Juanda Surabaya.
Berdasarkan kebangsaan, jumlah kunjungan pada bulan Juni didominasi wisman asal Timor Leste, Malaysia, dan Tiongkok. "Komposisinya selama pandemi ini tidak banyak berubah, yang terbesar masih dari Timor Leste komposisinya 54,6%." kata Margo.
Jumlah wisman dari Timor Leste mencapai 54,6% atau 76,9 ribu, wisman asal Malaysia 26,9% atau 37,9 ribu, Tiongkok 4,7% atau 6,7 ribu serta negara lainnya 13,8% atau 19,5 ribu.
Sekalipun jumlah kunjungan wisman pada bulan Juni mengalami penurunan, BPS mencatat jumlah keterisian hotel justru meningkat pada bulan yang sama. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) bulan Juni sebesar 38,55, naik 6,58 poin dibandingkan bulan Mei dan 18,85 poin secara tahunan. TPK bulan Juni juga jadi yang tertinggi sejak awal tahun ini.
"TPK sudah mengalami perbaikan kalau dibandingkan tahun lalu, tetapi kenaikan itu belum pada level kalau kondisinya normal atau kondisi tahun 2019." kata Margo.
Nilai TPK sudah mengalami penurunan sejak awal tahun 2021, pada bulan Janauari 2020 hanya 49,17 dan terus turun hinga level terendahnya pada April tahun lalu yang hanya 12,67. Meski terus menunjukkan pemulihan, nilai TPK dalam 18 bulan terakhir selalu di bawah 50 poin, berkebalikan dengan kinerja sepanjang 2029 yang selalu di atas 50 kecuali Mei 2019 sebesar 43,53.
Pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terdampak oleh adanya pengetatan mobilitas maysarakat. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas memperkirakan sektor ini butuh waktu dua tahun untuk bisa pulih kembali dan menjadi yang terlama dibandingkan sektor usaha lainnya yang sejak tahun ini mulai menunjukkan pemulihan.
"Tahun 2022 merupakan momentum yang baik untuk memperkuat dan menata kembali pariwisata Indonesia," ujar Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar dalam rapat bersama Badan Anggaran DPR RI pertengahan bulan Juni lalu.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendongkrak sektor inidengan pemberian insentif pajak. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada akhir minggu lalu mengumumkan penghapusan pajak untuk pembelian kapal pesiar yang diperuntukan bagi sektor pariwisata dan angkutan publik. Ini membantu pelaku usaha untuk menghindari tambahan biaya pembayaran pajak penjual barang mewah (PPnBM) kapal pesiar yang tarifnya mencapai 75%.
Dalam laporan Organisasi Pariwisata Dunia (World Tourism Organization/UNWTO), kebijakan perjalanan internasional di 217 negara mulai longgar pada 1 Juni 2021 dibanding pertengahan 2020. Meski demikian, sejumlah negara masih memutuskan tak membuka perbatasan internasionalnya secara penuh, sama seperti awal pandemi virus corona Covid-19.