Tiga Jalur Utama Distribusi Paket Obat Covid-19
Lonjakan kasus Covid-19 sempat berdampak pada kelangkaan obat terapi virus corona ini. Kementerian Kesehatan pun memanfaatkan tiga jalur utama distribusi untuk memastikan tiap-tiap lapisan masyarakat yang membutuhkan bisa segera mendapatkan obat tersebut.
Jalur pertama, lewat apotek. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan telah berkoordinasi dengan gabungan pengusaha farmasi agar proses distribusi ke sekitar 12 ribu apotek aktif di seluruh Indonesia bisa segera terlaksana.
“Kita akan tingkatkan sembilan ribu saja apotek yang bisa kita kasih obat-obatan ini secara konsisten suplainya. Itu akan menstabilkan suplai obat di seluruh Indonesia,” ujar Budi Gunadi Sadikin beberapa waktu lalu saat melakukan konferensi pers.
Jalur kedua adalah lewat telemedicine. Kementerian Kesehatan telah bekerja sama dengan 11 perusahaan telemedicine untuk memberikan jasa konsultasi dokter dan pengiriman obat secara gratis. Layanan tersebut diluncurkan di seluruh ibu kota provinsi di Jawa dan Bali. Rencananya ada perluasan cakupan ke seluruh wilayah Indonesia.
Ketiga, jalur terbaru yang dipaparkan Budi adalah untuk pasien Covid-19 yang tinggal di daerah pelosok. Mereka bisa mengakses obat-obatan yang akan diantarkan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI).
“Jadi kalau ada yang positif, bisa melapor ke Puskesmas, terutama teman-teman di pelosok desa. TNI akan mengirimkan langsung obatnya ke mereka,” kata Budi. Total sudah ada alokasi dua juta paket obat dari Presiden Joko Widodo yang akan didistribusikan ke pasien dengan bantuan tenaga TNI.
Lebih lanjut Budi juga mengingatkan masyarakat untuk tidak membeli obat-obatan terapi Covid-19 jika dimaksudkan untuk disimpan. Perilaku ini berbahaya karena akan membuat stok obat di apotek semakin sulit lagi. "Jadi kami minta tolong agar obat-obat ini dibeli oleh orang-orang yang membutuhkan, bukan dibeli oleh kita sebagai stok,” ujarnya.
Kementerian Kesehatan tengah berupaya menjaga ketersediaan obat terapi. Impor bahan baku, peningkatan kapasitas produksi dan koordinasi distribusi dijadikan jalan keluarnya. Hal tersebut disebabkan lonjakan kebutuhan obatan-obatan yang tidak lepas dari meningkatnya kasus aktif Covid-19 dalam negeri.
“Sejak 1 Juni sampai sekarang telah terjadi lonjakan luar biasa untuk kebutuhan obat-obatan sampai dua belas kali lipat,” ujar Budi.
Terkait peningkatan kapasitas produksi diperkirakan perlu waktu empat sampai enam minggu untuk pemenuhan kebutuhan yang melonjak drastis. Namun harapannya obat-obat seperti Azithromycin, Oseltamivir, dan Favipiravir sudah masuk ke pasar secara signifikan pada awal Agustus 2021.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan