Jelajah Jalan Raya Pos: Sisa Kenangan Tugu dan Benteng Portugis
Tugu berawarna putih setinggi tiga meter itu tersembunyi di belakang rumah warga Panarukan. Sekelilingnya area persawahan nan hijau. Warga setempat mengenalnya sebagai Tugu Portugis. Berbentuk seperti pensil tulis, tugu tersebut dipercaya sebagai salah satu peninggalan Portugis di Kecamatan Panarukan, Situbondo, Jawa Timur.
Memang sulit untuk menemukannya kalau tidak didampingi oleh penduduk setempat. Dengan modal informasi dari jejaring sosial dan Google Maps, Selasa kemarin, 17 Agustus 2021, tim Jelajah Jalan Raya Pos akhirnya menemukan lokasi tugu tersebut. Letaknya di sisi timur Sungai Sampeyan, Dusun Peleyan Barat, Desa Peleyan, Panarukan. Kir-kira dua kilometer dari monumen 1.000 KM Anyer - Panarukan.
Jelajah Jalan Raya Pos merupakan ekspedisi Katadata untuk napak tilas Jalur Daendels. Dibangun dalam waktu singkat sekitar tiga tahun yang selesai pada 1811, jalur tersebut menghubungkan bagian barat dan timur Pulau Jawa, dari Anyer hingga Panarukan. De Grote Postweg ini mempersingkat mobilitas barang dan pergerakan manusia pada waktu itu. Juga memuluskan laju militer Belanda.
Purwanto, warga Desa Peleyan, menyatakan, hingga saat ini masih banyak orang berdatangan walau tak menentu. Keberadaan tugu ini sudah sejak zaman dahulu. “Orang tua saya dulu memberi tahu, tugu ini dibuat orang Portugis,” kata laki-laki paruh bayah ini di sebuah pondok babmbu tak jauh dari lokasi tugu.
Kondisi tugu itu sekarang memprihatinkan. Bopeng di mana-mana. Warna putihnya lusuh, dan dikepung ilalang di pinggirnya. Di bagian yang bopeng terelihat batu bata yang tersusun berukuran tebal dan besar. Tidak ada informasi yang tertulis di tugu ini.
Dilansir pada Tempo.co, menurut Sejarawan Universitas Negeri Jember, Edy Burhan Arifin, tugu itu satu-satunya peninggalan Portugis yang tersisa di Panarukan. Portugis datang dan mendirikan bandar dagang di sisi timur Sungai Sampeyan pada abad ke-16.
Sungai Sampeyan adalah sungai terbesar di Situbondo yang bermuara langsung ke laut Panarukan. “Dulu Sungai Sampeyan lebih dalam, sehingga kapal-kapal besar bisa masuk,” katanya.
Kondisi serupa juga terjadi pada Benteng Portugis. Situs bersejarah itu diduga bekas benteng peninggalan Belanda yang saat ini berdampingan dengan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan, Situbondo.
Bangunan tembok dari batubata merah berbentuk segi tiga dengan panjang tiap sisinya mencapai 150 meter. Sebagian tembok memiliki ketebalan hingga 1,5 meter dengan tinggi 4 - 5 meter. Saat ini banyak yang terpendam, dan sebagian lagi rusak karena tidak terawat.
Menurut warga yang menjaga TPU sekaligus tembok besar yang sudah dikelilingi makam itu, banyak bukti-bukti sejarah yang menguatkan dugaan tembok itu adalah De Fortres Van Pannaroekan. Di antaranya, adanya bekas bangunan menara berbentuk anak panah di tiap penjuru benteng.
Dua menara itu sangat mungkin digunakan memantau kelancaran aktivitas perdagangan di Pelabuhan Panarukan. Dan satu menara lagi mengawasi masuknya para penjahat dari arah jalan Raya Deandels.
Panarukan pada masa silam membuat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels memilihnya sebagai ujung Jalan Raya Pos, jalan sepanjang seribu kilometer yang dibangun dari Anyer. Daendels tahu betul Panarukan berpotensi besar sebagai daerah pertahanan dan ekonomi.