Jelang PPKM Level 4 Berakhir, Mobilitas Kawasan Permukiman Naik 17%
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 akan berakhir pada Senin (23/8) ini. Saat ini pemerintah sedang membahas nasib perpanjangan pembatasan mobilitas demi menekan penularan Covid-19 itu.
Lalu, bagaimana perubahan mobilitas selama perpanjangan PPKM?
Google Mobility Report pada 17 Agustus mencatat, ada kenaikan mobilitas ke area permukiman sebsar 17% dibandingkan dasar pengukuran. Adapun, dasar pengukuran ialah nilai median untuk hari yang sesuai selama periode 3 Januari-6 Februari 2020.
Selain itu, mobilitas ke tempat supermarket, toko grosir makanan, pasar tradisional, toko makanan khusus, toko obat, dan apotek tumbuh sebesar 10% dibandingkan dasar pengukuran. Sedangkan, mobilitas ke taman meningkat 5%.
Di luar itu, mobilitas retail dan rekreasi seperti restoran, kafe, pusat perbelanjaan, taman hiburan, museum, perpustakaan, dan bioskop turun 14%. Sementara, pusat transportasi umum merosot 44% dan tempat kerja anjlok 64%.
Khusus DKI Jakarta, mobilitas ke area permukiman naik 22% dibandingkan dasar pengukuran. Selebihnya, mobilitas ke toko bahan makanan dan apotek menurun 13%, retail dan rekreasi berkurang 37%, taman menurun 48%, dan pusat transportasi umum menurun 61%.
Di Jawa Barat, mobilitas yang mengalami peningkatan tertinggi ialah taman, yaitu 28% dibandingkan dasar pengukuran. Kenaikan juga terjadi pada mobilitas area permukiman serta toko bahan makanan dan apotek masing-masing 20% dan 19%.
Sedangkan, mobilitas tertinggi di Jawa Tengah ialah taman dan area permukiman yang masing-masing naik 23% dan 16%. Di Jawa Timur, pertumbuhan mobilitas yang paling tinggi terjadi pada toko bahan makanan dan apotek sebesar 16%.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah akan mengumumkan status perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 hari ini. Meski demikian, epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman berharap pelonggaran tak dilakukan secara tergesa-gesa.
Ini lantaran gelombang serangan Covid-19 varian Delta belum sepenuhnya berakhir. Ia juga mengkhawatirkan masih banyak kasus positif yang belum terdeteksi.
"Jika diteruskan (pelonggaran) akan menjadi penyebab klaster Delta, selain adanya varian baru yang lebih super," kata Dicky kepada Katadata.co.id, Senin (24/8).
Tak hanya itu, Dicky mengingatkan bahwa dua indikator yakni rasio kematian dan rasio positif Covid-19 belum sepenuhnya membaik. Dia menyampaikan fatality rate saat ini masih berada di angka 4,14%, sedangkan positivity rate masih berada di kisaran 20%.
"Dengan pelonggaran yang tak terukur, membuat potensi lonjakan baru tertama angka kematian dan rasio tesnya," kataya.
Jika memang pelonggaran perlu dilakukan, Dicky berharap pemerintah dapat menerapkan secara merata. Sebagai contoh, jika suatu tempat bisa beroperasi dengan kapasitas 50%, maka angka tersebut harus ditetapkan dengan rata pada aktivitas lainnya.