Mengenal 7 Sifat Sistem Koloid yang Lekat dalam Keseharian
Sistem koloid merupakan zat yang bisa dijumpai pada produk kebutuhan sehari-sehari. Dikutip dari Ruangguru.com, sistem koloid merupakan bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat heterogen, namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar 1 - 10000 newton metre (nm).
Sistem koloid juga memiliki sifat unik, yaitu heterogen yang berarti partikel terdispersi dan tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya, sehingga tidak terjadi pengendapan. Misalnya, sifat heterogen ini juga dimiliki oleh larutan, tetapi tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi). Dalam kehidupan sehari-hari, Anda bisa menjumpai koloid pada susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan.
Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
Sifat-sifat Sistem Koloid
Dikutip dari buku pendidikan karya Johari yang diterbitkan oleh Penerbit Erlangga, dijelaskan bahwa suatu campuran dapat digolongkan ke dalam sistem koloid, apabila memiliki sifat-sifat yang berbeda dari larutan sejati. Berikut beberapa sifat yang membedakan sistem koloid dengan larutan sejati:
1. Efek Tyndall
Efek tyndall merupakan gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris, sehingga sifat itu disebut efek tyndall.
Di sisi lain efek tyndall juga memiliki makna, yaitu efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil, sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2. Gerak Brown
Gerak Brown juga merupakan gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus, tetapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Bila koloid diamati di bawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak brown.
Partikel-partikel akan senantiasa terus bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas (gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya berosilasi di tempat (tidak termasuk gerak brown).
Bagi koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Ukuran partikel yang cukup kecil membuat tumbukan cenderung tidak seimbang, sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel, sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi).
Gerak brown salah satunya juga dipengaruhi suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka dapat dipastikan gerak brown semakin melambat.
3. Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel.
Contoh:
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
4. Koagulasi Koloid
Koagulasi dapat dimaknai sebagai penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, dapat dimaknai bahwa zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi ini dengan mudah dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
5. Koloid Pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
6. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semipermeabel yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semipermeabel ini dapat dilewati cairan, tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
7. Elektroforesis
Elektroferesis adalah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik.
Demikianlah sifat-sifat koloid yang dapat dengan mudah ditemukan di sekitar kehidupan. Seperti deterjen, alat kosmetik hingga makanan yang dikonsumsi sehari-hari.