Penjelasan Dispersi dan Korelasinya Terhadap Koloid
Dispersi menjadi salah satu materi pembahasan pelajaran kimia Kelas XI SMA dan Madrasah Aliyah. Merujuk laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dispersi merupakan suatu sistem di mana partikel terdistribusi dari sebuah bahan yang tersebar dalam sebuah fase berkelanjutan dari bahan lain. Dua fase bisa berada dalam fase materi yang sama atau fase materi yang berbeda.
Dispersi terbagi dalam sejumlah cara yang berbeda, seperti seberapa besar partikel berkaitan dengan partikel fase berkelanjutan, apakah terjadi presipitasi atau tidak, dan adanya gerak Brownian. Secara umum, dispersi partikel yang cukup besar untuk sedimentasi disebut suspensi, sedangkan partikel yang lebih kecil disebut koloid dan larutan.
Dispersi juga memiliki makna lain sebagaiman dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang berarti pergerakan untuk perpindahan individual, terutama untuk mendiami lingkungan baru; penguraian atau pembiasan warna.
Diseprsi juga berarti peristiwa penguraian cahaya polikromatik (putih) menjadi cahaya-cahaya monokromatik (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu) pada prisma lewat pembiasan atau pembelokan. Hal ini membuktikan bahwa cahaya putih terdiri dari harmonisasi berbagai cahaya warna dengan berbeda-beda panjang gelombang.
Berikut varian warna polikromatik yang dihasilkan dengan aneka panjang gelombang:
Warna: Ungu
Panjang gelombang: 400-440 nanometer (nm)
Warna: Biru
Panjang gelombang: 440-495 nm
Warna: Hijau
Panjang gelombang: 495-580 nm
Warna: Kuning
Panjang gelombang: 580-600 nm
Warna: Orange
Panjang gelombang: 600-640 nm
Warna: Merah
Panjang gelombang: 640-750 nm
Dispersi Pengurai Cahaya
Sebuah prisma atau kisi kisi mempunyai kemampuan untuk menguraikan cahaya menjadi warna-warna spektralnya. Indeks cahaya suatu bahan menentukan panjang gelombang cahaya yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponennya. Untuk cahaya ultraviolet adalah prisma dari kristal, untuk cahaya putih adalah prisma dari kaca, untuk cahaya infrared adalah prisma dari garam batu.
Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks bias tiap warna cahaya. Cahaya berwarna merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu mengalami deviasi terbesar.
Oleh karenanya sudut dispersi dapat dirumuskan dalam angka berikut:
F = du - dm
F = (nu - nm)b
dm = sudut deviasi merah
du = sudut deviasi ungu
nu = indeks bias untuk warna ungu
nm = indeks bias untuk warna merah
Dispersi Koloid
Dispersi juga memiliki keterkaitan dengan koloid yang menjadi dispersi koloid. Artinya dispersi koloid merupakan sistem heterogen di mana satu zat terlarut (fase terdispersi) sebagai partikel yang sangat halus pada substansi lain (medium pendispersi). Misalnya dari sistem koloid adalah jeli, mentega, dan susu.
Dikutip dari kelaspintar.id, jika melihat ke dalam larutan, maka kita akan mengetahui terdapat dua komponen, yaitu pelarut dan zat terlarut. Sementara itu dalam sistem koloid, komponen penyusunnya adalah medium pendispersi dan fase terdispersi. Medium pendispersi adalah komponen dalam jumlah besar dan fase terdispersi merupakan komponen dalam jumlah kecil.
Berdasarkan sifat interaksi antara fase terdispersi dan medium pendispersi, koloid diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu koloid liofil dan koloid liofob.
Dalam koloid liofil, partikel fase terdispersi memiliki afinitas yang kuat atau mudah menarik medium pendispersi. Koloid liofil juga dikenal sebagai koloid yang menyukai cairan. Koloid liofil dapat dibuat dengan mencampur fase terdispersi dengan medium pendispersinya secara langsung. Koloid liofil cukup stabil dan tidak dapat digumpalkan dengan mudah. Beberapa contoh koloid liofil adalah gum, pati, gelatin, dan karet.
Kebalikannya, partikel fase terdispersi pada koloid liofob hanya memiliki sedikit atau tidak sama sekali afinitas untuk medium pendispersi. Artinya, koloid liofob adalah cairan yang tidak menyukai air. Koloid liofob tidak stabil dan mudah mengendap atau mengental hanya dengan menambahkan sedikit elektrolit atau dengan pemanasan atau pengocokan. Koloid liofob hanya dapat diperoleh dengan menggunakan metode khusus. Contoh koloid liofob antara lain sol silika, sol perak iodida, dan sol sulfida logam.
Fungsi dari sistem koloid memiliki manfaat bagi kebutuhan manusia. Koloid dapat digunakan untuk presipitasi listrik dari asap, pemurnian air minum, pembuatan obat-obatan, penyamakan kulit, pembersihan sabun dan detergen, pelat fotografi dan film, hingga membantu produksi industri, khususnya industri karet.