Kemenkes Belum Jadikan Vaksin Booster Senjata Utama Hadapi Omicron
Berbagai negara tengah mewaspadai varian baru Covid-19 Omicron, termasuk Indonesia. Namun, Kementerian Kesehatan belum memprioritaskan vaksin dosis ketiga (booster) dalam menghadapi varian B.1.1.529 tersebut.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan hal yang menjadi fokus pemerintah adalah memperluas jangkauan vaksinasi. Apalagi masih ada jutaan penduduk RI yang masih belum mendapatkan vaksin.
"Yang lebih penting dari vaksinasi untuk hadapi Omicron bukan soal booster, tapi cakupan vaksinasi harus diperluas," kata Dante dalam diskusi soal varian Omicron, Kamis (2/12).
Hingga 2 Desember, cakupan vaksinasi Covid-19 dosis 1 baru mencapai 140,8 juta orang atau 67,65% dari target. Sedangkan, vaksinasi dosis 2 mencapai 97,31 juta dosis atau 46,73% dari target.
Untuk itu, pemerintah akan mengejar suntikan kepada kelompok yang belum divaksinasi ketimbang memulai vaksinasi dosis ketiga. Ia mengakui, sejumlah penelitian menunjukkan daya tahan tubuh dari vaksin Covid-19 tidak bisa bertahan lama sehingga memerlukan booster.
"Tapi sebagai langkah kesetaraan untuk semua rakyat, kelompok yang belum divaksinasi akan kami dahulukan," ujar dia.
Apalagi, orang yang belum mendapatkan vaksin memiliki risiko tertular virus corona. Selain itu, kelompok rentan seperti lansia dan penderita komorbid berpotensi mengalami gejala yang lebih parah apabila tertular. "Ini harus diantisipasi," katanya. Sementara, vaksinasi booster akan dilakukan setelah target vaksinasi pertama dan kedua tercapai.