Keunikan Pertemuan Awal G20 Bali, Tamu ‘Dikunci’ Gelembung Karantina
Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia telah memulai pelaksanaan pertemuan jalur finansial G20 pada Jumat (10/11) lalu. Pertemuan para pejabat otoritas fiskal dan moneter G20 tersebut digelar di Bali Nusa Dua Convention Center, Kabupaten Badung, Bali.
Nusa Dua memang kerap menjadi lokasi andalan Indonesia menggelar ajang internasional mulai dari Konferensi Tingkat Tinggi Negara Asia Pasifik (APEC) 2013, Bali Democracy Forum, hingga Pertemuan Tahunan IMF-World Bank pada 2018. Namun ada yang berbeda dari helatan Bernama Finance and Central Bank Deputies Meetings (FCBD) kali ini.
Meski tak ada yang perbedaan dari kondisi venue di BNDCC, namun pemerintah dan BI memberlakukan protokol kesehatan yang ketat yakni menggunakan gelembung (bubble) karantina untuk mencegah penularan Covid-19.
Model gelembung ini memungkinkan delegasi dari luar negeri masuk Indonesia dan beraktivitas terbatas tanpa perlu mengunci diri mereka di tempat isolasi.
Bahkan, protokol ini telah berjalan sejak di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Dari Soetta, delegasi akan dibagi menjadi dua, mereka yang mengikuti pertemuan jalur Sherpa akan langsung menuju Jakarta dengan kendaraan khusus.
Sedangkan mereka yang mengikuti pertemuan jalur finansial di Bali akan diarahkan menuju ruang tunggu (lounge) untuk selanjutnya berangkat ke Pulau Dewata dengan pesawat khusus.
Tiba di Bali, delegasi akan diarahkan menuju Nusa Dua dengan kendaraan khusus. Mereka lalu menginap di hotel yang telah disediakan yakni Westin dan Sofitel.
Para delegasi juga tak bisa menikmati dunia luar kecuali hotel dan BNDCC selama masa gelembung karantina yakni tujuh hari. Praktis mereka tak bisa keluar dari gelembung hotel-BNDCC sepanjang acara berlangsung.
“Jadi karantina mereka langsung di lokasi acara, sehingga tidak boleh keluar dari tempat,” kata Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Direktorat Jenderal Bea Cukai Syarif Hidayat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Rabu (8/12).
Tak hanya itu, panitia juga mensterilkan BNDCC dari kunjungan banyak orang. Bahkan Katadata.co.id dan awak media hanya bisa mengunjungi venue tersebut satu kali yakni pada Rabu (8/12) malam ketika acara belum dimulai.
Para pejabat Indonesia yang menghadiri acara juga tak bisa berinteraksi secara fisik dengan para wartawan.
Panitia sempat meminta awak media untuk tak bertatap muka dengan Gubernur BI Perry Warjiyo yang di saat bersamaan meninjau BNDCC.
Bukan tanpa sebab, baik Perry maupun Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga masuk dalam gelembung karantina. Ini lantaran mereka harus bertatap muka dengan para delegasi internasional.
Begitu pula saat acara digelar pada Kamis (9/12) dan Jumat (10/12), awak media hanya bisa memantau lewat siaran langsung dari hotel yang berlokasi tak jauh dari BNDCC. Begitu pula konferensi pers juga dilakukan secara virtual.
Salah satu tamu yang hadir, Dr Bruce Aylward sempat menyinggung protokol yang ketat menyebabkan ia tak bisa menikmati keindahan Bali. Hal ini lantaran ia harus masuk dalam gelombang karantina tersebut.
“Saya harap bisa menikmati Bali, tapi mereka (panitia) mengunci kami,” canda Penasihat Senior Direktur Jenderal WHO tersebut dalam konferensi pers Jumat (12/12).
Meski demikian segala pembatasan ini tak mengurangi animo acara tersebut.
BI mengatakan seluruh delegasi yang hadir memberikan catatan apresiasi atas kemampuan Indonesia menyelenggarakan pertemuan ini.
“Baik dari penyelenggaraan, keramahan, adanya pesawat khusus delegasi, penyambutan di hotel, hingga pelaksaan sidang dipandang sangat profesional,” kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo dalam konferensi pers virtual, Jumat (10/12).