Profil Yahya Staquf, dari Jubir Gus Dur hingga Ikuti Jejak ke Israel
Yahya Cholil Staquf telah terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2021-2026. Ia mengalahkan petahana KH Said Aqil Siradj dalam pemungutan suara di Muktamar Ke-34 NU, Lampung, Jumat (24/12).
Gus Yahya, panggilan akrabnya, bukan nama yang asing buat para nahdliyin. Dikutip dari berbagai sumber, Ia merupakan anak dari KH Cholil Bisri, tokoh NU yang juga salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Sejak kecil, tokoh kelahiran Rembang, 16 Februari 1966 ini telah mengenyam pendidikan di pesantren. Ia sempat menimba ilmu di Madrasah Al Munawwir, Yogyakarta sebelum melanjutkan pendidikan di Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada.
Karier politik praktisnya dimulai di kampus dengan menjadi Ketua Umum Komisariat Fisipol UGM Himpunan mahasiswa Islam (HMI) pada 1986. Lulus kuliah, Yahya lalu kembali ke Rembang untuk mengajar di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibien asuhan ayahnya.
Namanya mulai dikenal ketika ditarik Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai Juru Bicara Presiden. Tahun 2015, dia ditetapkan sebagai Sekretaris Umum Katib Syuriah PBNU pada 2015.
Yahya kembali berkarier di Istana Kepresidenan ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden pada 2018. Jabatan tersebut dilakoninya selama setahun.
Kakak Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas itu merupakan advokat pandangan Islam yang moderat. Dia merupakan inisiator institute keagamaan Bayt ar-Rahmah li ad-Da‘wa al-Islamiyyah Rahmatan li al-‘Alamin.
Bayt ar-Rahmah adalah lembaga yang mempromosikan pesan utama Islam sebagai agama sumber cinta dan kasih sayang universal kepada semua orang. Mereka bergerak melalui misi spiritual, pendidikan, hingga amal.
Yahya juga kerap berkeliling luar negeri untuk mempromosikan nilai-nilai tersebut. Bahkan, dia sempat menuai kontroversi lantaran berkunjung ke Israel untuk berceramah tahun 2018 lalu.
Meski demikian, keponakan KH Mustofa Bisri tersebut mengatakan kunjungan dan pidatonya mengajak semua hadirin di acara tersebut agar mengubah pola pikir. Hal ini demi mencegah konflik antara umat Yahudi dan muslim terus berlanjut.
Sedangkan putri Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenni Wahid mengatakan baik Yahya maupun Said memiliki kedekatan dengan sang ayah. Yenni menjelaskan keduanya mampu menerjemahkan gagasan Gus Dur dalam konteks peradaban modern saat ini.
"Dua kandidat sama-sama dekat dengan Gus Dur secara pemikiran," kata Yenni di Lampung Tengah, Rabu (24/12) dikutip dari Antara.