Kekhawatiran Omicron Mereda, Rupiah Diramal Menguat Rp 14.150 per US$
Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,17% ke level Rp 14.222 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Namun rupiah diramal berbalik melanjutkan penguatan berkat kekhawatiran pasar terhadap Omicron yang semakin mereda meski kasus positifnya terus naik.
Mengutip Bloomberg, rupiah menguat ke Rp 14.199 pada pukul 09.15 WIB. Kendati demikian ini belum berhasil menyentuh posisi penutupan pekan lalu di Rp 14.197 per dolar AS.
Mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Dolar Hong Kong menguat 0,01% bersama dolar Singapura dan ringgit Malaysia sebesar 0,1%, dolar Taiwan 0,06%, won Korea Selatan 0,03% dan rupee India 0,3%. Sementara yen Jepang melemah 0,04% bersama peso Filipina 0,16%, yuan Cina 0,03% dan bath Thailand 0,23%.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah bisa menguat hingga level Rp 14.150 pada perdagangan hari ini, dengan potensi pelemahan di kisaran Rp 14.220 per dolar AS. Penguatan nilai tukar didorong kekhawatiran terhadap Omicron yang terus membaik.
"Sebagian pelaku pasar menganggap Omircron tidak akan menganggu pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung karena banyak riset menyebutkan dampaknya hanya ringan ke penderita," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Senin (27/12).
Kekhawatiran tampaknya mereda usai rilis sejumlah hasil studi pekan lalu yang menunjukkan pasien positif Omicron lebih kecil kemungkinan dirawat dibandingkan varian lainnya. Meski demikian, kasus Omicron terus meningkat di sejumlah wilayah dalam beberapa pekan terakahir.
Studi Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) menunjukkan pasien positif Omicron diperkirakan antara 31-45% lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit dibandingkan pasien yang terkena varian Delta.
Pada saat yang sama, Badan Pengawas Obat Amerika Serikat (FDA) pekan lalu juga telah mengonfirmasikan bahwa obat antiviral jenis Merck dan Pfizer efektif melawan Omicron. Dua jenis obat tersebut dinilai mampu menghambat virus bereplikasi.
Dari dalam negeri, Ariston mengatakan sentimen pemulihan ekonomi yang semakin kuat di akhir tahun ini memberi efek penguatan ke nilai tukar. "Rupiah masih ditopang optimisme pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal keempat akan tumbuh di atas 5%," kata dia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal terakhir ini bisa di atas 5%. Hal ini didukung akselerasi pemulihan baik dari sisi konsumsi maupun investasi yang semakin kuat di tiga bulan terakhir setelah pada kuartal ketiga lalu sempat melambat karena penyebaran varian Delta.
Bank Indonesia sebelumnya juga optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal terakhir tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan kuartal ketiga yakni di atas 4,5%. Ekonomi akan didukung oleh konsumsi rumah tangga dan belanja oleh pemerintah.
Senada dengan Ariston, analis pasar uang Rully Arya Wisnubroto juga memperkirakan rupiah masih akan menguat hingga Rp 14.176, denagn pelemahan di kisaran Rp 14.245 per dolar AS. Ia mengatakan kondisi pasar keuangan cenderung masih stabil sekalipun kasus Omicron meningkat.
"Pekan ini kemungkinan tidak terlalu banyak terjadi volatilitas dan relatif stabil, dan sampai dengan akhir tahun belum banyak rilis data ekonomi," kata dia kepada Katadata.co.id
Sentimen negatif terhadap pengetatan moneter yang dilakukan sejumlah negara maju terutama tapering off bank sentral AS, The Fed juga tidak lagi signifikan. Di samping langkah percepatan tapering off yang akan dimulai Januari 2022, Rully memperkirakan The Fed masih tetap akomodatif dalam beberapa bulan ke depan.