Jokowi: Awasi Karantina, Jangan Ada Dispensasi Apalagi Bayar
Kasus Covid-19 varian Omicron di Tanah Air telah meningkat jadi 136 orang. Presiden Joko Widodo pun meminta tidak ada lagi dispensasi karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri.
Mantan Wali Kota Solo itu meminta jajaran Badan Intelijen Negara (BIN) hingga Polri untuk betul-betul mengawasi implementasi karantina pelaku perjalanan internasional.
"Karantina bagi yang datang dari luar negeri. Jangan ada lagi dispensasi-dispensasi, apalagi yang bayar-bayar itu kejadian lagi," kata Jokowi dalam pembukaan rapat terbatas evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (3/1).
Arahan ini disampaikan lantraran kasus Omicron sudah mengalami lonjakan, sebagian besar berasal dari pelaku perjalanan luar negeri. Tak hanya impor, varian teranyar itu telah merebak di tengah masyarakat.
Makanya Kepala Negara juga meminta prosedur mitigasi disiapkan. Apalagi saat ini masyarakat telah melewati masa libur Natal dan tahun baru.
Jokowi pun mengingatkan pentingnya kesiapan fasilitas kesehatan dalam menghadapi lonjakan kasus corona. "Persiapan fasilitas-fasilitas kesehatan yang kita miliki, baik pusat maupun daerah," ujar dia.
Tak hanya itu, Presiden meminta vaksinasi Covid-19 terus ditingkatkan. Hingga hari ini, vaksinasi virus corona telah mencapai 281 juta dosis. "Selesaikan, baik dosis satu maupun dosis dua karena stok vaksin yang kita terima betul-betul pada posisi yang melimpah," ujar dia.
Sebelumnya, kasus varian Omicron di Indonesia bertambah 68 orang hingga Jumat (31/12) menjadi total 136 kasus. Seluruh tambahan kasus varian asal Afrika Selatan ini dibawa oleh para pelaku perjalanan luar negeri dari sejumlah negara.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, 11 dari 68 kasus baru ini merupakan warga negara Indonesia. “Semua kasus ini merupakan pelaku perjalanan luar negeri dengan asal kedatangan paling banyak dari Arab Saudi, Turki, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat,” ujar Siti Nadia di Jakarta, Sabtu (1/1), seperti dikutip dari Antara.
Siti Nadia menjelaskan, sebanyak 29 orang tidak memiliki gejala, 29 orang memiliki gejala ringan, satu orang dengan gejala sedang, dan sembilan orang lainnya tanpa keterangan.
Ia menjelaskan, WHO telah memprediksi peningkatan kasus Omicron akan lebih cepat dibandingkan Delta. “Akan tetapi diiringi dengan tingkat penggunaan tempat tidur rumah sakit maupun ICU yang lebih rendah dibandingkan Delta,” ujarnya.