Autisme adalah Gangguan Perkembangan Saraf, Begini Penjelasannya

Image title
20 Januari 2022, 17:03
Hannah Beier Thomas Macconnell, 16 tahun, yang mengalami spektruk autisme, menerima vaksin penyakit virus korona (COVID-19) di Worcester, Pennsylvania, Amerika Serikat, Kamis (29/4/2021). Autisme adalah gangguan jiwa yang memengaruhi perkembangan bahasa
ANTARA FOTO/REUTERS/Hannah Beier/hp/cf
Hannah Beier Thomas Macconnell, 16 tahun, yang mengalami spektruk autisme, menerima vaksin penyakit virus korona (COVID-19) di Worcester, Pennsylvania, Amerika Serikat, Kamis (29/4/2021).

Dalam tahap perkembangan anak, sebagai orang tua Anda harus memberikan perhatian ekstra agar terhindar dari beberapa penyakit. Salah satu penyakit yang bisa menghampiri adalah autism spectrum disorder (ASD) atau yang lebih sering disebut autisme merupakan gangguan perkembangan saraf.

Gangguan tersebut memengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan seorang anak untuk berkomunikasi, berinteraksi, serta berperilaku. Bukan hanya autisme, ASD juga mencakup sindrom Asperger, sindrom Heller, dan gangguan perkembangan pervasif (PPD-NOS). Perlu diingat bahwa autisme bukanlah penyakit, melainkan kondisi di mana otak bekerja dengan cara yang berbeda dari orang lain.

Orang-orang yang mengalami gejala autisme akan mengalami kesulitan memahami apa yang orang lain pikirkan dan rasakan. Hal ini membuat mereka sulit untuk mengekspresikan diri. Baik dengan kata-kata atau melalui gerak tubuh, ekspresi wajah, dan sentuhan.

Tidak hanya itu saja, para penyintas autisme memiliki kemungkinan untuk mengalami kendala saat belajar. Keterampilan mereka mungkin berkembang tidak merata. Misalnya ketika penyandang autisme memiliki kesulitan berkomunikasi, bisa saja dirinya sangat pandai dalam seni, musik, memori, hingga matematika.

Faktor Pemicu Autisme

Berikut faktor-faktor yang menjadi pemicu kemunculan autisme yang dilansir dari situs informasi kesehatan, Halodoc.com:

1. Jenis kelamin. Jenis kelamin laki-laki memiliki potensi risiko empat kali lebih tinggi mengalami autisme dibandingkan dengan anak perempuan.

2. Faktor keturunan. Orang tua yang mengidap autisme berisiko memiliki anak dengan kelainan yang sama.

3. Gangguan selama masa kandungan. Hal itu dapat terjadi akibat efek samping terhadap minuman beralkohol atau obat-obatan (terutama obat epilepsi untuk ibu hamil) selama dalam kandungan.

4. Pengaruh gangguan eksternal. Ada beberapa pengaruh yang menyebabkan anak terlahir autis seperti sindrom Down, distrofi otot, neurofibromatosis, sindrom Tourette, lumpuh otak (cerebral palsy) serta sindrom Rett.

5. Lahir secara prematur. Hal ini menjadi penyebab autisme bagi anak. Terutama mereka yang lahir pada masa kehamilan 26 minggu atau kurang.

Penyebab Autisme

Meski sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui penyebab kemunculan autisme, namun autisme masih belum diketahui penyebab pastinya. Meski demikian para ahli mengidentifikasi adanya beberapa gen yang dicurigai memiliki kaitan dengan ASD. Tidak jarang gen-gen ini muncul dan bermutasi secara spontan. Namun, dalam kasus lain, orang mungkin mewarisi gen tersebut dari orang tuanya.

Dalam kasus bayi yang terlahir secara kembar, autisme bisa terjadi akibat gen kembar. Misalnya, bila satu anak kembar mengidap autisme, maka kembar yang lain memiliki risiko autisme sekitar 36-95 persen.

Anak-anak yang terlahir dengan mengidap autisme juga bisa mengalami perubahan di area-area utama otak mereka yang memengaruhi cara bicara dan perilaku pengidap. Faktor lingkungan mungkin juga berperan dalam pengembangan ASD, meskipun dokter bisa mengkonfirmasi kebenarannya.

Selain itu ada beberapa mitos yang kerap dianggap sebagai penyebab atas terjadinya autisme, seperti:

1. Infeksi menular.
2. Pola asuh orang tua yang buruk.
3. Penggunaan vaksin, seperti vaksin MMR.
4. Konsumsi makanan dan minuman.

Gejala Kemunculan Autisme

Bila melihat dari gejala kemunculan autisme, dapat dilihat dari dua hal, yaitu:

1. gejala pertama merujuk pada penyandang autisme dengan gangguan dalam melakukan interaksi sosial dan berkomunikasi. Gejala ini dapat meliputi masalah kepekaan terhadap lingkungan sosial dan gangguan penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal.

2. Gejala kedua dapat dilihat dari kondisi penyandang autisme dengan gangguan yang meliputi pola pikir, minat, dan perilaku berulang yang kaku. Contoh gerakan berulang, misalnya mengetuk-ngetuk atau meremas tangan, serta merasa kesal saat rutinitas tersebut terganggu.

Selain dua gejala di atas, para penyandang autisme juga memiliki kecenderungan dalam masalah belajar dan kondisi kejiwaan lainnya, seperti gangguan hiperaktif atau disebut juga Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), gangguan kecemasan, dan depresi.

Pengobatan Autisme

Hal yang pertama dilakukan saat mengetahui anak mengidap autisme adalah menerima bahwa hal tersebut tidak bisa disembuhkan. Walau begitu ada banyak penanganan yang dapat dilakukan untuk membantu penyandang autisme. Tujuannya agar mereka dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari dan mengembangkan potensi dalam diri mereka secara optimal. Tindakan penanganan yang dilakukan pada tiap penyandang autisme bisa berbeda-beda.

Berikut pilihan metode terapi yang bisa diterapkan pada anak pengidap autisme:

1. Terapi Perilaku dan Komunikasi

Dalam terapi ini dilakukan dengan cara memberikan sejumlah pengajaran pada pengidap, termasuk kemampuan dasar sehari-hari, baik verbal maupun nonverbal. Dalam terapi ini terdapat sejumlah cara dalam penanganannya, seperti denga terapi wicara untuk meningkatkan keterampilan komunikasi penyandang autisme hingga terapi integrasi sensorik, untuk membantu seseorang yang memiliki masalah dengan sentuhan atau dengan pemandangan atau suara.

2. Terapi Keluarga

Proses terapi ini ditujukan kepada orang tua dan sanak kerabat si pengidap autisme. Hal itu dimaksudkan agar keluarga bisa belajar bagaimana cara berinteraksi dengan pengidap dan juga mengajarkan pengidap berbicara dan berperilaku normal.

3. Konsumsi Obat-obatan

Mengonsumsi obat-obatan tidak bisa menjadi solusi untuk menyembuhkan autisme, melainkan dapat mengendalikan gejalanya. Contohnya obat untuk mengatasi kejang, obat untuk mengatasi masalah perilaku, obat untuk mengatasi depresi, dan obat untuk mengatasi gangguan tidur.

Editor: Safrezi

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...