Menkes Prediksi Puncak Kematian Covid-19 di Jakarta Baru Akan Terjadi

Rizky Alika
21 Februari 2022, 20:00
kematian, covid-19, corona
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/n
Sejumlah petugas mengusung peti jenazah pasien COVID-19 di TPU Rorotan, Jakarta, Kamis (10/2/2022).

Pemerintah menyebut DKI Jakarta telah melewati puncak kasus Covid-19. Meski demikian, puncak angka kematian pasien di ibu kota kemungkinan baru akan terjadi.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun memperkirakan puncak kematian Covid-19 di Jakarta akan terjadi dua pekan setelah puncak kasus positif. Puncak lonjakan kematian umumnya terjadi pada 15-20 hari setelah puncak kasus corona.

"Jadi walaupun beberapa provinsi, DKI jakarta mulai menurun (kasusnya), Bali juga turun, tapi puncak kematian baru akan terjadi dua minggu setelah puncak kasus," kata Budi dalam konferensi video, Senin (21/2).

Adapun, sebagian besar kasus Covid-19 yang meninggal belum menerima vaksin dosis lengkap, memiliki komorbid, atau lansia. Untuk itu, ia mendorong masyarakat utnuk segera vaksinasi corona dua dosis, terutama bagi lansia.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mencatat, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal hingga hari ini sebanyak 2.484 pasien. Dari jumlah itu, sebanyak 73% di antaranya belum vaksinasi dosis lengkap, 53% lansia, dan 46% memiliki penyakit komorbid.

Adapun, pasien komorbid rata-rata meninggal 5 hari sejak masuk ke dalam rumah sakit. "Komorbid terbanyak ialah diabetes melitus," ujar Luhut.

Luhut mengatakan beberapa pemilik komorbid diabetes melitus meninggal lantaran terlambat dirawat di rumah sakit. Untuk itu, ia meminta pemilik komorbid yang tertular Covid-19 untuk segera ke fasilitas kesehatan.

Presiden Joko Widodo juga meminta para menteri untuk mencegah risiko kematian terhadap lansia, orang yang belum divaksin lengkap, dan memiliki komorbid. Untuk itu, pemerintah akan melakukan langkah mitigasi dengan merespons perawatan dengan lebih cepat kepada kelompok komorbid.

Selain itu, pemerintah telah berdiskusi dengan rumah sakit untuk melakukan koneksi data antara data komorbid di BPJS Kesehatan dan data National All Record (NAR) di Kemenkterian Kesehatan.

"Sehingga jika ada penambahan kasus langsung terdeteksi apakah pasien tersebut komorbid atau tidak," ujar Luhut.

Sedangkan ahli wabah dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan adanya kematian pasien merupakan indikasi titik lemahnya sistem kesehatan. Ia mengatakan satu kasus kematian adalah pertanda keterlambatan deteksi dini penularan penyakit. 

"Itu studi yang harus dilakukan mendalam untuk mencari tahu apa titik lemah sistem di level masyarakat dan pemerintah," kata Dicky dalam sebuah acara virtual, Senin (21/2) dikutip dari Antara.

Dicky mengatakan, berkaca dari kasus Delta, 100 kasus infeksi bisa berujung pada satu kasus kematian. Sedangkan hasil penelitian ia dan timnya menunjukkan, angka kasus Covid-19 saat ini 10 kali lebih banyak dari temuan pada gelombang dua lalu.

"Itu harus jadi pengingat dalam mencermati perkembangan data," katanya.

Reporter: Rizky Alika

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...