Penyebab dan Latar Belakang Perang Padri di Sumatera Barat

Dwi Latifatul Fajri
22 Februari 2022, 11:24
Perang Padri
ikpni.or.id
Perang Padri dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol

Perang Padri termasuk bagian sejarah di Indonesia. Perang ini terjadi selama dari tahun 1803 sampai 1838. Penyebab perang Padri karena perbedaan pandangan antara Kaum Padri dengan Kaum Adat.

Kata Padri diambil dari bahasa Spanyol padre yang artinya pendeta atau Rahib. Sementara itu padri bisa diartikan orang yang berasal dari Pidie.

Mengutip dari buku Tokoh-Tokoh Gerakan Padri, Pidie merupakan pelabuhan di Aceh yang digunakan orang Sumatra untuk berlayar ibadah haji ke Mekah. Padri juga diartikan sebagai masyarakat yang memeluk agama Islam dan taat pada syariat.

Ketika perang Padri ini orang-orang memakai pakaian berwarna putih, mulai dari baju, celana, dan serban. Meski begitu warna baju tidak menentukan perang padri, karena para datuk tetap berpakaian hitam ketika mengikuti barisan Padri.

Latar Belakang Perang Padri

Tokoh-tokoh perang Padri yaitu Tuanku Imam Bonjol, Tuanku nan Cerdik, Tuanku Tambusai, dan Tuanku nan Alahan. Terjadinya perang Padri disebabkan karena beberapa faktor seperti perselisihan dengan kaum Adat dan campur tangan Belanda.

Mengutip dari buku Intisari Pengetahuan Sosial Lengkap (IPSL) SMP, berikut latar belakang perang Padri:

  • Adanya gerakan Wahabi di Sumatera Barat yang dilakukan kaum Padri. Tujuan dari gerakan ini untuk mengajarkan syariah di Sumatera sesuai ajaran Islam.
  • Ajaran agama ini ditentang oleh kelompok penghulu yang menganggap dirinya keturunan raja Minangkabau. Kelompok penentang ini adalah Kaum Adat.
  • Kebiasaan dan tradisi kaum adat bertentangan dengan hukum Islam. Sehingga para ulama ingin menerapkan cara-cara Islam di masyarakat.
  • Adanya campur tangan Belanda yang mengawali terjadinya perang Padri. Kolonial Belanda ketika itu berpihak pada kaum Adat.
  • Mereka mengadakan perjanjian antara Residen de Puy dan Tuanku Suruaso bersama 14 penghulu adat lain. Perjanjian ini diadakan 10 Februari 1821 yang berisi pasukan Belanda menduduki Sumatera Barat.
  • Perjanjian dengan Belanda ini ditandatangani di Padang. Belanda mendapat keuntungan atas wilayah penguasaan pedalaman Minangkabau.

Penyebab Perang Padri

Perang Padri disebabkan karena adanya perbedaan pandangan antara kaum Padri dengan kaum Adat. Peperangan terjadi selama 3 masa yaitu tahun 1821-1825. Tahun tersebut ditandai dengan perlawanan kaum Padri di daerah Minangkabau.

Masa kedua antara 1825-1830, pertempuran mulai mereda karena Belanda melakukan perjanjian. Awalnya perjanjian dilakukan dengan kaum Padri.

Akhirnya kaum adat terdesak lalu meminta bantuan kepada Belanda untuk melawan kaum Padri. Masa ketiga di tahun 1830-1838 terjadi perlawanan kaum Padri hingga Belanda melakukan penyerbuan besar-besaran.

Selama perlawanan perang padri dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Pasukan Tuanku Imam Bojol menghadapi pasukan Belanda yang menyerbu di benteng Bonjol.

Belanda kesulitan untuk mengalahkan kaum Padri. Tahun 1824 terjadi perjanjian damai dalam maklumat Perjanjian Masang.

Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch melakukan perdamaian bersama pemimpin Tuanku Imam Bonjol. Perjanjian dilakukan karena Belanda mengalami kerugian di Jawa. Ketika itu terjadi perang Diponegoro sehingga Belanda kehabisan dana dalam peperangan.

Tahun 1833 terjadi perubahan perang antara kaum Adat dan kaum Paderi melawan Belanda. Kaum Adat menyadari Belanda merugikan masyarakat Minangkabau sendiri.

Pada 16 Maret sampai 17 Agustus 1837 terjadi penyerangan dan pengepungan benteng yang dilakukan oleh Belanda. Ketika itu perwira Belanda datang dengan pasukan yang lebih besar.

Belanda membawa jenderal dan para perwira besar. Selain itu Belanda mendatangkan tentara dari berbagai suku seperti Jawa, Madura, Bugis, dan Ambon.

Selain itu Belanda membawa tentara dari Eropa namun serangan tersebut masih gagal. Pada 20 Juli 1837, Belanda membawa beberapa tentara dari Eropa dan Afrika untuk mengepung Tuanku Imam Bonjol dan pasukannya.

Belanda sampai tiga kali menyerang benteng Bonjol untuk mengalahkan pasukan Tuanku Imam Bonjol. Belanda akhirnya berhasil menguasai benteng pada 16 Agustus 1837.

Tuanku Imam Bonjol akhirnya menyerah kepada Belanda pada Oktober 1837. Imam Bonjol kemudian dipindahkan ke Cianjur, Jawa Barat kemudian ke Ambon, hingga ke Minahasa.

Tuanku Imam Bonjol meninggal dunia pada 8 November 1864 di tempat pengasingan. Beliau dimakamkan di desa Lota Pineleng. Perjuangan Tuanku Imam Bonjol menentang penjajahan diapresiasi hingga mendapat penghargaan oleh pemerintah Indonesia. Pada 6 November 1973, Tuanku Imam Bonjol diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia.

Editor: Safrezi

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...