Aktivis Sosial Butet Manurung Terpilih Jadi 12 Model Panutan Barbie
Aktivis sosial sekaligus antropolog Indonesia, Saur Marlina Manurung, alias Butet Manurung, terpilih menjadi satu dari dua belas model pengusaha dan panutan wanita global boneka Barbie dalam rangka merayakan Hari Perempuan Internasional (International Womens Day).
Melalui akun instagramnya, Barbie menyatakan bahwa mereka berdedikasi untuk membantu membangun kepercayaan diri dan memperkuat potensi tak terbatas dari gadis di seluruh dunia.
“Sebagai bagian dari perayaan Hari Perempuan Internasional tahun ini, kami memberikan penghargaan kepada 12 pengusaha dan panutan wanita global dengan boneka Barbie yang unik dalam rupa mereka,” tulis Instagram Barbie, dikutip Sabtu (5/3).
Ke-12 perempuan ini dipilih karena memimpin di masing-masing industri teknologi, kesehatan, STEM (science, technology, engineering, mathematics), pendidikan, dan lainnya.
“Kami melanjutkan komitmen kami untuk menutup Celah Impian dengan menginspirasi gadis-gadis di seluruh dunia untuk bermimpi besar dan mengingatkan mereka bahwa mereka bisa menjadi apa saja,” tulis instagram Barbie.
Butet mewakili Indonesia sebagai wanita dari bidang pendidikan yang menginspirasi dan memberi harapan bagi anak-anak perempuan untuk berani mengejar mimpi.
"Saya merasa tersanjung karena terpilih menjadi salah satu dari 12 Model Peran Global Barbie dan mewakili multikulturalisme Indonesia," ujar Butet melalui laman Instagram pribadinya, seperti dikutip Antara.
Butet berharap agar semua anak perempuan di seluruh dunia percaya pada diri sendiri dan berani mewujudkan apa yang dicita-citakan meski berbeda dari orang lain.
"Harapan saya kepada semua gadis muda untuk percaya pada diri mereka sendiri, bahwa Kamu Bisa Menjadi Apa Pun yang Kamu impikan, apa pun.. mengutip Paulo Cuelho, 'Ketika Kamu menginginkan sesuatu, seluruh alam semesta berkonspirasi untuk membantumu mencapainya'," kata Butet.
Boneka Barbie yang mewakili Butet mengenakan busana kain batik merah dan hitam serta kalung. Penggunaan kain batik pada busana Barbie Butet menggambarkan budaya dari Indonesia.
Mengutip laman Wikipedia, Butet mulai mengembangkan program pendidikan bagi Orang Rimba yang tinggal di hutan Bukit Duabelas, Jambi saat ia bergabung di sebuah proyek konservasi yang dikelola oleh LSM Warsi pada 1999.
Pengalaman ini mendorong ia dan beberapa rekannya di sana untuk mendirikan Sokola Institute pada tahun 2003 dan mengembangkan kurikulum pendidikan yang kontekstual.
Pengalamannya merintis program pendidikan di komunitas adat orang rimba yang tinggal di hutan Jambi telah ditulis dalam sebuah buku berjudul "Sokola Rimba" yang terbit pertama kali pada 2007, dan telah tujuh kali dicetak ulang dan diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul "The Jungle School" pada 2012.
Buku dan kisahnya diadaptasi dalam layar lebar dengan judul "Sokola Rimba" oleh produser Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza pada tahun 2013, dan filmnya telah memenangkan berbagai penghargaan Internasional.
Butet meraih gelar S1 Antropologi dan Sastra Indonesia di Universitas Padjadjaran Bandung, serta S2 di bidang Antropologi Terapan dan Pembangunan Partisipatif di Australian National University, Canberra.
Selain itu, Butet juga pernah mengikuti kursus Global Leadership and Public Policy di Harvard Kennedy School, Universitas Harvard, USA (2012).
Selain Butet, tokoh perempuan panutan lain yang dijadikan boneka Barbie adalah Ari Horie, Pat McGrath, Melissa Sariffodeen, Adriana Azuara, Doani Emanuela Bertain, Jane Martino, Lan Yu, Sonia Peronaci, Tijen Onaran, Shonda Rhimes, dan Lena Mahfouf.