Contoh Puisi Bebas dan Cara Membacanya
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang memiliki banyak penikmat. Puisi berisi perasaan penyair yang menggugah emosi pembaca melalui rangkaian kata-kata indah yang mengandung irama, matra, rima, dan penyusunan larik dan bait.
Mengutip buku "Bahasa Indonesiaku Bahasa Negeriku" oleh Atep Tatang dkk, sesuai dengan sifat dan hakikat puisi yaitu sebagai ekspresi tidak langsung, kegunaan puisi juga tidak langsung yaitu bersifat spiritual bagi kehidupan batin dan kejiwaan manusia. Melalui kehidupan batin dan kejiwaan ini, puisi akan memengaruhi aktivitas kehidupan manusia.
Unsur-unsur dalam puisi meliputi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik dalam puisi yaitu diksi, imaji, majas, bunyi, rima, ritme, dan tema. Sedangkan unsur ekstrinsik puisi yaitu aspek historis, aspek psikologis, aspek filsafat, aspek religius.
Puisi Bebas
Puisi bebas adalah suatu karya sastra di mana penyairnya tidak terikat pada peraturan baku penulisan puisi atau bebas dari aturan sajak, rima, jumlah baris, dan pemilihan kata.
Puisi bebas biasanya lebih menekankan isi puisi yang merupakan ungkapan hati ataupun perasaan dari penulis puisi sehingga makna lebih mendalam dan mengandung kata-kata dengan nilai estetika tinggi.
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa puisi bebas memiliki ciri-ciri, di antaranya tidak terikat pada sajak, rima, dan aturan lainnya, mengandung kata-kata puitis dan bernilai estetika, dan berhubungan dengan ungkapan hati penulisnya.
Contoh Puisi Bebas (1)
“Masih Tersisa”
Karya: Taufiq Abi Sabda
Masih tersisa
tanah permai udara nan sejuk
pagi yang berkerlip embun di hamparan kehijauan
dan senja pantai berkerudungkan lembayung
di antara tangis terpendam
dan duka yang timbul tenggelam
Masih tersisa
rindu kedamaian dan hasrat cinta
sumpah sesaudara, ikrar seduka dan cita
seikat dalam hati, sejiwa dalam asa
di antara sayatan tikai yang amat tajam
dan lelahnya menitikkan darah dendam
Nun jauh dalam hutan dan sisa ladang
tonggak-tonggak tunas tiasa kukuh tegak
menjadi tiang harap
penyangga lara pada puji dan doa
di antara berjuta juta batang yang terus bertumbang
dan lalu bermigrasi entah ke mana
Nun bentang di balik hamparan ombak
terumbu menari-nari, eksotik dan mesra
letik-letik ikan menggelayut berpaut jala
menebar senandung hidup dan rasa
di antara liarnya pukat dan riak
yang menjelma dalam hitungan-hitungan angka
Masih tersisa
untuk selalu kita jaga
***
Contoh Puisi Bebas (2)
“Andaikan Aku”
Karya: Pelangi Senja
Andaikan aku sang camar
Hinggap tak kenal dahan
Andaikan aku sang bunga
Tersenyum indah saat mentari dan hujan tiba
Andai aku sang apus
Mengepakan sirip, tangguh dan disegani
Andaikan aku sang kupu-kupu
Sayap melentik indah
Menebar senyum saat semi tiba
Dipuja keelokannya, meliuk indah
Disambut ramah oleh bunga
Andai akulah semut
Walau terinjak banyaklah kawan yang sudi mengangkat
Tapi, aku hanyalah binatang
Termaram tanpa sinar karena mendung hitam
Aku hanyalah sebatang pohon mangga
Terpaksa bertahan tegap
Meski benalu kian merajam
Dan akulah sang merpati
Namun dalam bui, tak kenal negeri
Akulah kursi kayu tua
Keropos dan akan menjadi bara
Dalam tungku-tungku mereka
***
Pembacaan Puisi
Penguasaan faktor kebahasaan dan nonkebahasaan dengan baik akan memudahkan kegiatan pembacaan puisi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
Lafal atau pelafalan
Merujuk pada usaha atau cara pengucapaan bunyi bahasa, baik suku kata, kata, frasa, maupun kalimat sesuai dengan jiwa dan tema puisi. Nilai keindahan suatu kata terlihat dari dua hal, yaitu keindahan bunyinya dan keindahan maknanya.
Kata yang memiliki sifat keindahan disebut efoni. Kata yang berbunyi indah sebetulnya ditentukan oleh bentuk bunyi vokal dan konsonannya serta susunan bunyi vokal dan konsonannya. Bunyi vokal ialah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh getaran pita suara tanpa penyempitan dalam saluran suara pada bagian tenggorokan yang berisi pita suara. Sedangkan, bunyi konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada saluran suara di atas celah di antara kedua selaput suara.
Intonasi
Intonasi dalam pembacaan puisi menyangkut ketepatan penyajian tinggi rendah irama puisi. Irama dapat diperoleh dengan memerhatikan jenis-jenis tekanan, yaitu tekanan dinamik, tekanan nada, dan tekanan tempo.
Tekanan dinamik ialah tekanan pada kata yang terpenting menjadi sari kalimat atau bait puisi. Tekanan nada ialah tekanan tinggi rendah, perasaan girang, gembira, marah, keheranan sering menaikan suara sedang perasaan sedih dengan merendahkan suara.
Sementara itu, tekanan tempo ialah cepat lambatnya pengucapan suku kata atau kalimat. Baik lafal atau pelafalan maupun intonasi dengan bermacam-macam tekananya, termasuk faktor kebahasaan yang harus dikuasai dalam pembuatan puisi.
Ekspresi
Ekspresi juga merupakan faktor nonkebahasaan yang harus dikuasai atau dimiliki oleh pembaca puisi. Faktor ini meliputi sikap, gerak-gerik dan mimik, volume suara, kelancaran, serta kecepatan.