SMGP Sebut Tidak Ada Indikasi Gas H2S Racuni Warga Sekitar PLTP Sorik

Image title
17 Maret 2022, 19:41
Ilustrasi PLTP
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww.
Ilustrasi PLTP

PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) mengungkap tidak ada bukti maupun indikasi gangguan kesehatan yang dialami 58 warga Desa Sibanggor Julu, Mandailing Natal, Sumatra Utara, adalah imbas kegiatan uji sumur AAE-05 pada proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Marapi.

Direktur Utama SMGP, Yan Tang, mengatakan kesimpulan ini diperoleh setelah pihaknya melakukan penyelidikan terhadap kawasan sekitar kegiatan uji sumur.

Menurutnya, lokasi para korban yang berada di Desa Sibanggor Julu terhalang bukit sehingga tidak memungkinkan gas bergerak menuju desa. Hal ini lantaran sifat Hydrogen Sulfida (H2S) lebih berat dari udara, sehingga apabila ada gas yang keluar pergerakannya akan langsung ke bawah.

Selain itu, berdasarkan windsock di Pad AAE-05, menurut SMGP, saat proses uji dilakukan angin sedang bertiup ke arah timur dan timur laut. Sementara Desa Sibanggor Julu, berada pada elevasi 27 meter dengan jarak 397 meter ke arah selatan dari kegiatan uji sumur SMGP.

"Jadi secara keilmuan, sangat susah buat gas H2S untuk bisa mencapai lokasi Desa Sibanggor Julu. Kecuali memang didorong angin yang kuat ya pak ya, dan volumenya juga besar, tapi ini angin bergerak ke arah yang berlawanan," jelas Yan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Kamis (17/3).

Selain faktor alam, tiga pembatas milik SMGP juga akan mencegah gas H2S menyebar ke Desa Sibanggor Julu.

Yan lantas menyebut bahwa sistem penetralan gas H2S milik perusahaannya telah bekerja dengan baik. Di mana perusahaannya telah menempatkan 23 alat ukur gas, dengan 14 di antaranya bersifat permanen dan 6 lainnya ditempatkan menyebar di sekitar Desa Sibanggor Julu.

"Enggak cuma gas detector, tapi juga dilengkapi dengan alarm. Di mana alarm ini akan teraktivasi apabila terekspos H2S pada konsentrasi 10 ppm," ujar Yan.

Lebih lanjut, Yan mengatakan sebanyak 4 alat ukur juga terpasang di Desa Sibanggor Tonga, yang letaknya bersebelahan dengan Desa Sibangor Julu, ditambah 4 alat lainnya di sekitar lokasi sumur. SMGP juga menggunakan 6 alat ukur portabel ditambah 3 multi gas detector yang menyebar di sekitar sumur dengan radius 300 meter.

SMGP sebagai pengelola PLTP Sorik Marapi juga telah menempatkan petugas HSE (Health Safety Environment) pada berbagai pintu desa, lengkap dengan alat pendeteksi gas. Hasilnya, seluruh alat pendeteksi gas menunjukkan 0 ppm di luar dari radius 3-5 meter sekitar lokasi sumur. "Itu pun dalam konsentrasi yang sangat rendah," ujar Yan.

Meski begitu, Yan memastikan akan tetap menyelesaikan seluruh kewajiban pembayaran rumah sakit kepada 58 warga yang dirawat akibat diduga keracunan gas H2S pada 6 Maret 2022 lalu. Pihaknya juga telah mencapai kesepakatan untuk memberikan bantuan tali asih.

Yan menyebut 22 korban yang masuk Rumah Sakit Permata Madina telah dipulangkan setelah menjalani perawatan medis selama satu jam. "Sementara 36 warga lainnya ke RSUD Panyabungan dan menjalani rawat inap," ujar Yan.

Pihak SMGP juga telah mendapatkan hasil laboratorium dari 52 warga yang bersedia melakukan tes darah, dan tidak ditemukan adanya indikasi keracunan gas. Selanjutnya, SMGP akan melakukan tes analisa sulfat guna memastikan sumber keracunan yang dialami warga, apakah disebabkan H2S atau tidak.

Sementara terkait tuntutan warga untuk memberikan kompensasi sebesar Rp 50 juta per korban. Yan berjanji akan memberikannya bila hasil investigasi dari tim Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) menyimpulkan terjadi kesalahan operasi di pihak SMGP.

Reporter: Nuhansa Mikrefin

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...