Sejarah Hari Kartini, Perayaan Perjuangan Emansipasi Wanita

Image title
21 April 2022, 06:04
Mahasiswa seni rupa menggambar tokoh wanita Indonesia RA. Kartini di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (21/4/2021). Kegiatan menggambar bersama tersebut dalam rangka memperingati Hari Kartini .
ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/rwa.
Mahasiswa seni rupa menggambar tokoh wanita Indonesia RA. Kartini di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (21/4/2021). Kegiatan menggambar bersama tersebut dalam rangka memperingati Hari Kartini .

Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April. Perayaan ini merupakan wujud penghormatan atas jasa-jasa Raden Adjeng (R. A.) Kartini dalam mempelopori pendidikan bagi wanita di Indonesia. R. A. Kartini dilahirkan pada 21 April 1879 dan wafat pada 17 September 1904.

Sejarah Hari Kartini berawal dari perjuangan R. A. Kartini untuk memberikan pendidikan bagi para wanita di Indonesia. Perjuangan tersebut memicu kemunculan organisasi-organisasi wanita yang memperingati hari kelahiran R. A. Kartini.

Atas jasa R. A. Kartini, peringatan Hari Kartini ditetapkan secara resmi melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964 yang ditandatangani pada tanggal 2 Mei 1964 yang didalamnya juga memuat penetapan R. A. Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Hari Kartini merupakan perayaan perjuangan emansipasi wanita. Emansipasi berarti pembebasan dari perbudakan dan persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Emansipasi wanita bertujuan memberi wanita kesempatan bekerja, belajar, dan berkarya seperti halnya para pria.

Awal Perjuangan Kartini

R. A. Kartini terlahir sebagai seorang gadis bangsawan, putri Bupati Jepara. Mengutip Kumpulan Buklet Hari Bersejarah I, pada saat itu, seorang wanita tidak diperkenankan untuk mendapatkan pendidikan, kecuali untuk keluarga-keluarga bangsawan tertentu, termasuk keluarga R. A. Kartini.

Meski demikian, pendidikan bagi gadis bangsawan hanya sampai umur 12 tahun. Sesudah itu, mereka harus menjalani pingitan sampai tiba saatnya untuk dinikahi dengan pria yang menjadi pilihan orang tuanya.

Selama masa pingitan, seorang gadis dilarang berhubungan dengan dunia luar. Mereka tidak diberi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan keterampilan, sehingga ketika menikah, mereka sangat tergantung pada suami mereka.

Akibatnya, para suami berlaku sewenang-wenang terhadap istri. Hal ini memicu kesadaran R. A. Kartini yang kemudian ia sampaikan melalui surat-surat kepada para sahabatnya. Kumpulan surat tersebut kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang pada tahun 1911.

Perjuangan R. A. Kartini dimulai dengan pembukaan kelas kecil khusus untuk para gadis. Kelas ini diselenggarakan di rumah Kartini atas izin suami beliau. Para gadis mendapatkan pelajaran membaca, menulis, memasak, kerajinan tangan, dan menjahit.

Pergerakan Organisasi Wanita di Indonesia

Perjuangan Kartini diikuti oleh wanita-wanita di seluruh Indonesia. Pada tahun 1904, Raden Dewi Sartika mendirikan Sekolah Istri di Jawa Barat yang kemudian berganti nama menjadi Keutamaan Istri. Kemudian Maria Walanda Maramis mendirikan sekolah dengan nama Percintaan Ibu Terhadap Anak Temurunnya (PIKAT) pada tahun 1917.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...