Mayoritas Pasien Hepatitis Akut Positif Adenovirus dan SARS-CoV-2
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengumumkan adanya tiga kematian yang diduga berkaitan dengan virus hepatitis akut jenis baru. Virus ini menyerang anak-anak dengan rentang usia satu bulan hingga 16 tahun.
Prof. Tjandra Yoga Aditama yang pernah menjabat sebagai Direktur Penyakit Menular Badan Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, mengingatkan masyarakat terkait hepatitis akut ini.
"Jelas kewaspadaan memang diperlukan. Untuk deteksi kalau ada kasus yang dicurigai, termasuk akses dan ketersediaan pemeriksaan adenovirus dan berbagai jenis virus lainnya," kata Tjandra dalam keterangannya, dikutip dari Antara, Senin (2/5).
Badan yang menangani penyakit menular di Eropa yakni European CDC (E-CDC) telah mengungkapkan patogen yang paling banyak ditemukan pada pasien hepatitis akut berat ini adalah adenovirus dan SARS-CoV-2.
Berdasarkan pemeriksaan terhadap pasien di Inggris, sekitar 75,5 persen kasus positif terhadap adenovirus, dan pemeriksaan subtipe pada 11 kasus menunjukkan adenovirus tipe 41F. Temuan ini sama dengan yang dilaporkan terjadi di Amerika Serikat.
Sementara itu Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) pernah melaporkan 9 kasus di Alabama dan semuanya positif adenovirus dengan dua pasien harus menjalani transplantasi hati.
Gejala yang dirasakan para pasien ini antara lain muntah, diare dan infeksi saluran napas atas.
Menurut Tjandra, data penelitian epidemiologi awal belum menunjukkan secara jelas adanya sumber penularan utama, apakah terkait makanan, obat atau bahkan toksin.
"Kejadian penyakit ini jarang, tidak jelas ada tidaknya kemungkinan penularan antar manusia, kasusnya masih bersifat sporadik," kata dia.
Saat ini, WHO masih menyelidiki lebih lanjut mengenai kasus hepatitis akut jenis baru ini. Meski terdapat beberapa pasien yang positif SARS-CoV-2, belum ada bukti ilmiah yang jelas adanya hubungan antara hepatitis akut dengan infeksi virus corona.
Sebagai langkah meningkatkan kewaspadaan penyakit ini, dia menilai penyedia layanan kesehatan di Indonesia perlu mulai siaga, setidaknya memberikan penjelasan pada tenaga kesehatan dan berbagai terapi dasar bila terjadi kasus.
Selain itu, penyuluhan kesehatan pada masyarakat luas juga diperlukan.
Menanggapi hepatitis jenis baru ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 Tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) tertanggal 27 April 2022.
Surat Edaran tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan Pemerintah Daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini penemuan kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya.
Kemenkes juga meminta pihak-pihak terkait menginformasikan kepada masyarakat untuk segera mengunjungi Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) terdekat apabila mengalami sindrom Penyakit Kuning, serta membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas sektor.