Gangguan Cerna Jadi Gejala Awal Kenali Hepatitis Akut Anak
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI, Dr dr Muzal Kadim, SpA(K) mengatakan ada beberapa gejala untuk mengenali risiko munculnya hepatitis akut pada anak. Gejala tersebut terbagi menjadi dua, yakni gejala ringan hingga gejala berat.
Muzal menyebutkan hepatitis akut ditularkan melalui oral, seperti saluran cerna, meliputi mulut, tangan yang masuk ke mulut, alat makanan, makanan itu sendiri, hingga air. Dia juga menyatakan adanya potensi penyebaran droplet atau melalui percikan napas.
"Sebagian besar adalah gejala saluran cerna, biasanya anaknya muntah, diare, sakit perut, demam, karena infeksi sering disertai demam," kata Muzal dalam wawancara virtual, Sabtu (7/5).
Gangguan saluran cerna tersebut masuk ke dalam kategori gejala ringan. Untuk penanganan awal, orang tua bisa memberikan obat penurun panas hingga obat diare, sekaligus memastikan apakah gejala tersebut hanya diare biasa, atau merujuk ke arah hepatitis.
Selain itu, orang tua perlu memastikan bahwa anak tidak mengalami dehidrasi dan memberikan asupan cairan secara berkala. "Kalau gejala hilang, berarti itu diare biasa, tapi kalau berlanjut, sebaiknya dibawa (ke fasilitas kesehatan)," ujarnya.
Gejala lebih lanjut berupa bagian tubuh menguning, mulai dari mata dan menyebar ke badan. Jika muncul gejala tersebut, anak bisa dikategorikan mengalami gejala berat.
Tahap selanjutnya, kesadaran anak berpotensi menurun, khususnya ketika sel-sel hati mengalami banyak kerusakan akibat serangan virus. Kerusakan sel hati yang besar atau fulminant akan semakin memperparah gejala, bahkan berisiko mengakibatkan kejang dan berisiko kematian.
"Sejak dini kita harus aware, waspada pada kasus-kasus gejala saluran cerna, demam, kuning, air kencing berwarna seperti teh. Itu perlu mendapatkan pertolongan ke Puskesmas dan Rumah Sakit," kata Muzal.
Dia mengingatkan, bahwa anak lebih rentan terhadap hepatitis akut karena belum memiliki sistem imun yang sempurna. Terutama anak-anak berusia di bawah enam tahun, seperti banyak kasus hepatitis akut yang ditemukan di beberapa negara.
Muzal mengatakan ada beberapa hal yang menyebabkan seorang anak berisiko terkena hepatitis. Risiko terbesar karena imunitas yang lemah alias autoimun, gizi kurang atau gizi buruk, atau memiliki latar belakang penyakit lain yang mengharuskan mengonsumsi obat-obatan, hingga HIV.
Di sisi lain, hepatitis akut juga berpotensi menyerang orang dewasa ataupun mereka yang memiliki imun kuat. Itu karena, sistem imun yang kuat akan melawan virus yang masuk ke tubuh, dan tidak jarang akan menyerang sel hati. Namun, hingga saat ini Muzal mengatakan belum ditemukan kasus hepatitis akut pada orang dewasa.
Sementara itu, untuk mencegah ataupun terhindar dari hepatitis akut, masyarakat dianjurkan melakukan pencegahan fekal oral. Itu merupakan penularan penyakit melalui saluran cerna, yang disebabkan kurangnya sanitasi dan praktik kebersihan yang buruk.
"Melakukan pencegahan fekal oral seperti mencuci tangan, menjaga makanan, melanjutkan protokol Covid-19 seperti memakai masker, menjaga jarak, untuk mengurangi risiko droplet, meskipun masih dugaan," ujarnya.
Muzal juga mengimbau orang tua untuk menyiapkan makanan sendiri untuk anak, hindari makan atau jajan diluar, khususnya tempat yang kebersihannya masih diragukan. Selain itu, jangan menggabungkan sendok dan alat-alat makan anak dengan orang lain.
"Air minum untuk anak juga sebaiknya dimasak, meskipun saat dikonsumsi sudah dingin, yang penting air dimasak," katanya.