KNTI dan Menteri BUMN Sepakat Masa Depan Pangan Indonesia Ada di Laut
Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersepakat bahwa nelayan sangat berperan penting bagi masa depan Indonesia. Masa depan pangan bangsa ini pun ada di laut.
Kesimpulan itu terungkap dari kunjungan Menteri BUMN Erick Thohir ke sejumlah nelayan di Pesisir Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Minggu lalu (15/5).
Ketua Harian Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Dani Setiawan mengapresiasi kunjungan Erick ke sejumlah nelayan di Pesisir Muncar, Kabupaten Banyuwangi tersebut.
Upaya tersebut setidaknya menunjukkan Menteri BUMN juga memiliki concern dan pandangan yang sama dengan KNTI bahwa masa depan pangan Indonesia ada di laut. Juga soal pandangan bahwa para nelayan merupakan benteng terakhir dari kekuatan ekonomi bangsa.
"KNTI dengan Menteri BUMN Erick Thohir satu pandangan bahwa masa depan kita ada di laut,” kata dia.”Karena itu nasib bangsa ini juga ada di tangan para nelayan kecil dan tradisional Indonesia.
Kunjungan ini, menurut Dani, juga menjawab para nelayan di Banyuwangi yang sudah lama mengeluhkan rumitnya regulasi BBM bagi nelayan. Kementerian BUMN diyakininya punya solusi konkrit untuk menyehatkan ekosistem usaha nelayan.
Namun perlu diingat, kata Dani, ekosistem usaha nelayan tak melulu soal BBM. Tapi juga soal perlindungan wilayah penangkapan, pembiayaan dan pemasaran.
Seorang wakil kelompok nelayan Muncar, Sudirman, menyampaikan unek-uneknya atas kehidupan nelayan di Muncar. Dia berbicara soal regulasi yang selama ini menyulitkan nelayan, meskipun saat ini sudah membaik.
“Kelas nelayan Muncar ini menengah ke bawah. Kapal kami rata-rata 5-10 GT. Ada beberapa yang 30 GT, tapi mayoritas menengah ke bawah,” ujar Sudirman. Dia sangat mengharapkan agar harga BBM tetap dan tidak naik.
Erick mengatakan, nelayan memiliki peran sentral bagi masa depan Indonesia. Tidak saja soal masa depan perekonomian, melainkan juga kedaulatan pangan. Pemerintah berkomitmen mendukung terciptanya ekosistem usaha nelayan yang maju.
Sekitar 60-70 persen dari biaya melaut nelayan untuk membeli BBM. Maka, sewajarnya di tiap-tiap kantung nelayan ada layanan BBM.
“Ekosistem usaha nelayan harus terus disehatkan. Mulai dari akses terhadap BBM, pembiayaan hingga pemasaran," ujar Erick.
Tidak hanya soal BBM, Erick pun menggaransi bahwa BUMN akan memprioritaskan pembiayaan bagi nelayan. Bank-bank milik pemerintah yang tergabung dalam HIMBARA telah memberikan sejumlah fasilitas pembiayaan dan kredit usaha berbunga rendah, khususnya pada nelayan.
Erick ingin para nelayan dapat memanfaatkan fasilitas pembiayaan tersebut, khususnya nelayan di Muncar Banyuwangi yang selama ini dikenal sebagai salah satu sentra nelayan di Jawa Timur.
Jika masa kejayaan Muncar sebagai salah satu sentra perikanan nasional ingin dikembalikan, maka ekosistem usaha perikanannya harus memudahkan nelayan kecil dan tradisional tumbuh kembang, katanya.
(Tim Riset Katadata)