Ketua Apeksi Dorong Seluruh Wali Kota Atasi Persoalan UMKM
Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) menilai pemulihan ekonomi pasca-pandemi Covid-19 di daerah dapat dicapai dengan melibatkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Ketua Apeksi Bima Arya mendesak seluruh Wali Kota untuk memasifkan penggunaan produk UMKM.
Bima meminta para wali kota membantu menyelesaikan tiga permasalahan yang biasa menghambat potensi UMKM. Pertama, soal pendataan. Pendataan UMKM di tingkat kota sering kali mengalami perbedaan antar dinas.
“Dinas UMKM ada, Dinas Perindag ada, Dinas Parekraf ada, datanya beda-beda. Bagaimana kita mau perang kalau pemetaannya saja enggak jelas,” kata Bima. saat menjadi pembicara di HUT ke -22 Apeksi di Bandar Lampung, Jumat (27/5).
Dua permasalahan lainnya yakni aspek permodalan dan aspek pemasaran. Menurut Bima, para pimpinan kota harus melakukan kolaborasi dengan pihak swasta untuk memperoleh modal dan akses pasar bagi produk UMKM yang mereka tawarkan.
Jika ketiga hal itu bisa diperbaiki, ujar Bima, Pemerintah Kota bisa menghemat anggaran yang biasa mereka keluarkan. “Zero APBD dengan berbagai macam kolaborasi dengan komunitas yang lebih kreatif dan paham arus kekinian. Itu sangat bermanfaat,” ujar Bima.
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini juga mengkritisi sejumlah model pelatihan kepada masyarakat yang diberikan oleh Pemerintah Kota. Pelatihan seperti cukur rambut dan atta rias dirasa sudah tak relevan dengan perkembangan zaman yang menuntut adanya digitaliasai.
“Harus diubah dari memberi pekerjaan ke menciptakan lapangan pekerjaan. Seringkali Kepala Dinas kalah lari sama anak-anak muda. Startup itu mereka kerja sendiri, inovasi sendiri dan pendanaan sendiri,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Bima mencontohkan bagaimana Kota Bogor menerapkan aturan yang mendukung penggunaan produk lokal. Salah satu yang paling mudah yakni penggunakan pakaian kerja di lingkup Kantor Pemerintah Kota.
Tiap hari selasa, Pemerintah Kota Bogor mewajibkan seluruh ASN untuk menggunakan pakaian kasual yang diproduksi oleh perusahaan lokal. “Pakai hoodie, sneakers agar anak-anak muda, distro bisa dapat panggung. Hari kamis pakai pangsi sunda dan jumat pakai batik etnik. Bayangkan itu dilakukan oleh 4 juta ASN. Luar biasa,” ujar Bima.