Mengenal Sesar Baribis, Belahan Terpanjang di Jawa yang Ancam Jakarta
Tim ilmuwan Institut Teknologi Bandung (ITB) menerbitkan studi baru yang menunjukkan Jabodetabek terancam diguncang gempa bumi cukup besar. Hal itu dipicu adanya Sesar Baribis yang berada di barat Laut Jawa, yang kemungkinan berstatus aktif.
Bila ditelisik dalam peta bahaya nasional, belum ada pertimbangan kegempaan di sepanjang Sesar Baribis. Meskipun begitu, peneliti menilai penting bagi pemerintah untuk menilai ulang bahaya seismik di barat Laut Jawa, dengan memperhitungkan Sesar Baribis dan potensi gempanya.
“Mengingat kedekatannya (Sesar Baribis) dengan Jakarta, kota besar yang berada di jantung salah satu pulau terpadat di dunia,” tulis peneliti.
Penelitian yang dipublikasi di Scientific Reports-Nature pada Kamis (16/6) mengamati, kegempaan di bagian timur Sesar Baribis lebih tinggi, dibandingkan bagian barat. Kemudian, studi GPS sebelumnya menunjukkan adanya tingkat kompresi yang tinggi di wilayah selatan Jakarta.
Hasil pengamatan juga menyiratkan bahwa Sesar Baribis bagian barat terkunci, dan daerah sekitarnya, termasuk Jakarta Selatan sangat rentan terhadap gempa bumi yang cukup besar, di masa depan. Gempa ini dapat terjadi ketika akumulasi energi regangan elastis akhirnya dilepaskan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah menanggapi temuan ini dengan berencana meninjau keaktifan Sesar Baribis di selatan Jakarta. “Nanti akan saya cek kembali,” kata Anies dilansir dari Antara, Sabtu (25/6) .
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sekata dengan penelitian ini. Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan Sesar Baribis di selatan Jakarta terbukti aktif dengan estimasi laju geser sekitar lima milimeter per tahun. Selain itu, hasil monitor alat sensor seismograf BMKG menemukan aktivitas gempa yang membuktikan keaktifan sesar ini.
“Meskipun dalam magnitudo kecil, dari 2,3 sampai 3,1,” kata Daryono.
Penelitian bertajuk “Implications for fault locking south of Jakarta from an investigation of seismic activity along the Baribis fault, northwestern Java, Indonesia” ini disusun oleh 12 orang peneliti dari berbagai universitas, yakni Institut Teknologi Bandung, Universitas Kristen Maranatha, dan University of Cambridge, Amerika Serikat. Selain itu, BMKG pun turut andil sebagai peneliti.
Apa Itu Sesar Baribis ?
Melansir artikel dari buletin Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, sesar dapat diartikan sebagai suatu rekahan pada batuan, di mana bagian yang dipisahkan oleh rekahan akan bergerak satu terhadap yang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rekahan berasal dari kata rengkahan yang berarti belahan.
Sesar tersebut bisa memisahkan dua blok tektonik, di mana bidang di antara dua blok tektonik disebut bidang sesar. Sementara itu, sebuah sesar digolongkan sebagai sesar aktif bila bergerak dalam kurun waktu 10 ribu tahun terakhir. Keberadaan sesar aktif inilah yang harus diketahui, untuk mengurangi risiko gempa yang timbul bila sesar aktif bergerak.
Lebih lanjut, Sesar Baribis tergolong sebagai sesar muda yang terbentuk pada periode tektonik Pliosen-Plistosen dan masih aktif hingga sekarang. Berbagai sumber menyebutkan Sesar Baribis sebagai sesar aktif yang paling panjang di pulau Jawa.
Sementara itu, BMKG menjabarkan Sesar Baribis membentang sepanjang 100 km dan melewati kota besar, seperti Bogor, Bekasi, dan Jakarta. Meskipun begitu, jalur tersebut tidak membentang sebagai satu kesatuan, namun memiliki berbagai segmen.
Jalur sesar ini disebut melintasi selatan Jakarta yang disebut segmen Jakarta. Di sebelah timur, sesar ini melewati segmen Bekasi-Purwakarta. BMKG tak menampik adanya potensi gempa dari jalur sesar aktif ini. Menurut data gempa hasil monitoring BMKG, segmen Jakarta masih belum menunjukkan gempa.
“Tetapi hasil kajian BMKG menunjukkan tingkat kompresi yang tinggi dan diduga terkait dengan area yang terkunci. Ini patut diwaspadai,” ujar Daryono.
Sesar Baribis telah menimbulkan gempa sejak abad ke-18, tepatnya gempa bermagnitudo 7-9 pada 22 Januari 1780. Peneliti, Roger Musson dalam British Geological Survey menyebutkan itu sebagai salah satu gempa terbesar yang melanda Jawa. Kedua, gempa dengan magnitudo 7,0-7,7 sempat terjadi pada 10 Oktober 1834, besarnya gempa tersebut sampai dirasakan hingga ke pulau seberang, Lampung.