Kemenkes dan Bio Farma Luncurkan Alat Deteksi Dini Kanker Usus
Kementerian Kesehatan bersama PT Bio Farma (Persero) meluncurkan alat deteksi kanker usus bernama BioColoMelt-Dx. Alat tersebut bisa mendeteksi kelainan genetik pada pasien kanker kolorektal.
Selain itu alat ini juga memberikan informasi profil mutasi kanker. Tujuannya agar dokter bisa menentukan jenis obat yang memberikan respons paling optimal kepada pasien kanker usus.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan alat tersebut bisa mendeteksi perubahan DNA yang memicu kanker. Dengan mengetahui perubahan DNA, maka diharapkan penanganan kanker bisa lebih optimal.
"Jadi kita tahu persis apa kankernya dan di mana (letaknya) sehingga pengobatannya bisa cepat dan tepat," kata Budi dalam keterangan tertulis, Selasa (17/9).
BioColoMelt-Dx juga bisa digunakan untuk penapisan Lynch Syndrome, kondisi yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap berbagai kanker dan bersifat keturunan. Dengan hasil screening, maka keluarga pasien yang terduga mempunyai sindrom tersebut dapat menjalani pengawasan atau pencegahan kanker sejak dini.
Alat ini merupakan inovasi Bio Farma dengan PathGen yang melibatkan segala instansi seperti Universitas Nottingham Inggris. Sebelum peluncurannya, BioColoMelt-Dx juga telah mendapatkan validasi dari beberapa rumah sakit seperti RS Dharmais, RS Sardjito, RSCM, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Selain itu alat ini memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 50%. Harapannya, produk tersebut bisa membantu Indonesia melepaskan diri dari alat kesehatan impor.
Sedangkan berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker kolorektal menempati posisi tiga sebagai jenis kanker yang paling sering terjadi. Paling tidak, ada 35 ribu pasien yang terkena penyakit ini tiap tahunnya.
Sedangkan 35% penyakit tersebut menyerang penduduk Indonesia di bawah 40 tahun. Sedangkan angka kematian kanker tersebut di Indonesia mencapai 6,7 dari 100 ribu kasus.