Listrik PLTU Masih Dominan, Kompor Listrik Dinilai Bukan Energi Bersih
Program konversi kompor elpiji menjadi kompor induksi tak bisa disebut sebagai upaya mengurangi ketergantungan energi fosil sembari memperbanyak penggunaan energi bersih.
Direktur Center for Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, meski di sektor hilir para konsumen menggunakan kompor induksi, sebanyak 70% produksi listrik PLN masih berasal dari batu bara dan pembangkit diesel.
"Kalau pemakaian kompor listrik ini makin banyak, maka konsumsi listriknya meningkat dan batu bara yang dibakar di PLTU akan makin meningkat. Jadi itu mesti ditangani oleh pemerintah," kata Bhima kepada Katadata.co.id, Selasa (20/9).
Adapun PLN membutuhkan tambahan pasokan batu bara untuk pembangkitan listrik seiring meningkatnya konsumsi listrik hingga mencapai 5,3 terawatt jam (TWh). Pada tahun ini, PLN membutuhkan tambahan pasokan batu bara sebanyak 7,7 juta ton.
Lebih lanjut, Bhima mengatakan, klaim kompor induksi yang ramah lingkungan hanya bisa dicapai dari sumber energi listrik yang berasal dari energi terbarukan. Simak databoks berikut:
Selain itu, pemerintah juga diharapkan untuk segera menghentikan produksi listrik dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara maupun pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) berbahan bakar solar.
"Jadi kalau mau dorong kompor listrik maka di hulunya PLTU batu bara mesti dipensiunkan lebih cepat dan diganti dengan energi terbarukan supaya bersih di hulu dan bersih di hilir," ujar Bhima.
Hal serupa juga dikatakan oleh Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Abra Talattov. Dia sepakat bahwa kompor induksi tik bisa diklaim sebagai konsumsi energi yang lebih bersih dari kompor elpiji.
"Saya sama sekali gak setuju narasi kompor induksi ini dalam konteks energi yang bersih karena mayoritas produksi listrik dalam negeri masih dari PLTU. Jadi tidak bisa dihubungkan dengan konteks lingkungan," kata Abra.
Dia menyebut, upaya pelaksanakan program konversi kompor induksi merupakan langkah pemerintah untuk mengurangi ketergantungan elpiji yang sekitar 70% dari kebutuhannya harus didatangkan dari luar negeri. Selain itu, program tersebut dinilai sebagai upaya untuk mengurangi kelebihan pasokan atau oversupply listrik PLN.
"Menurut saya yang paling tepat adalah menggunakan kompor induksi sama dengan upaya masyarakat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor elpiji dan mengurangi beban subsidi energi. Konteksya itu, bukan dengan lingkungan. Saya juga tidak setuju kalau narasinya di arahkan ke lingkungan," ujar Abra.
Narasi penggunaan kompor induksi sebagai energi bersih digaungkan oleh Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo. Dia menyebut, pelaksanaan program konversi kompor induksi merupakan langkah pemerintah untuk menciptakan energi domestik yang murah, mudah, dan lebih bersih untuk masyarakat.
"Secara operasional di lapangan kami menangani ini, agar energi impor yang mahal ini betul-betul bisa digantikan menjadi energi domestik yang lebih murah. Dan untuk itu masyarakat punya manfaat. Ini akan lebih mudah, lebih bersih, dan juga lebih murah," kata Darmawan dalam Energy Corner CNBC pada (14/2).
Pernyataan serupa juga dilontarkan oleh Kepala Bidang Ketenagalistrikan Dinas ESDM Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar), Slamet Mulyanto saat meluncurkan program konversi kompor gas ke kompor induksi saat pagelaran Jabar Smile pada 22 Agustus lalu.
“Ini merupakan Langkah nyata mengurangi emisi karbon dan menekan impor LPG yang tertuang dalam Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 671/13/REK tanggal 5 Maret 2019, tentang Imbauan Penggunaan Kompor Listrik di Jawa Barat,” ujar Slamet.