Prediksi Apoteker: Daftar Obat Sirop Berbahaya Akan Bertambah
Ikatan Apoteker Indonesia atau IAI merespons terus bertambahnya obat sirop yang tercemar bahan berbahaya. Mereka memperkirakan akan ada obat sirop lainnya yang memiliki kandungan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) tinggi.
Wakil Ketua IAI Keri Lestari Dandan telah menduga adanya potensi masalah cemaran Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) dalam obat sirop karena masalah bahan baku.
"Pasti akan ada industri farmasi lainnya kalau memang masalahnya di bahan baku. Hal ini memang jadi satu perhatian kami," kata Keri dalam konferensi pers virtual, Rabu (9/11).
Keri mengatakan sebagian apoteker di industri farmasi merasa tertipu oleh pemasok bahan baku. Pasalnya, kandungan EG yang tinggi berada di dalam drum dengan label PG dan berkualitas farmasi.
Sebagai informasi, Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM telah menemukan pemasok PT Yarindo Farmatama, yakni CV Samudra Chemical. Adapun, Yarindo adalah produsen obat sirop yang terbukti memiliki kadar EG atau DEG yang tinggi.
Dalam penyelidikannya, BPOM telah menamgbil 12 sampel Propilen Glikol (PG) dan 2 sampel Sorbitol Samudra Chemical. Setelah diuji, kadar Etilen Glikol (EG) dalam PG Samudra Chemical adalah 52% - 99%. Oleh karena itu, Penny mengatakan ada indikasi pemalsuan EG yang dilabel sebagai PG.
Sementara itu, kandungan dan Dietilen Glikol (DEG) dalam Sorbitol mencapai 1,34%. Seperti diketahui, kelebihan kadar EG dan DEG dalam PG dan Sorbitol tersebut yang membuat maraknya penyakit gangguan ginjal akut progresif atipikal atau GGAPA.
"Kalau lebih dari 0,1% itu nggak aman, apalagi kalau sampai puluhan persen. Pantas saja kalau anak kecil minum itu langsung terjadi masalah pada kondisi badan," kata Keri.
Oleh karena itu, IAI akan mengadakan diskusi khusus dengan BPOM untuk melihat lebih jauh hasil temuan kasus tersebut. Komunikasi penting untuk mengambil kebijakan para apoteker.
"Jadi, pengambilan suatu kebijakan berbasis data dan sesuai kode etik apoteker," ujar Keri.
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan kadar EG dalam pasien gangguan ginjal akut yang meninggal sangat tinggi. Menurutnya, hal tersebut sejalan dengan temuan BPOM.
Selain itu, Piprim mendata sebagian besar pasien gangguan ginjal akut berusia di bawah 5 tahun. Artinya, ukuran badan maupun ukuran ginjal pasien masih kecil.
"Bayangkan PG dengan kadar EG tinggi dijadikan sirop, dan bukti toksikologi dari pasien meninggal kadar EG tinggi banget," kata Piprim.