Tak Gunakan Pawang, Jokowi Pakai Cara Ilmiah Cegah Hujan Saat G20

Tia Dwitiani Komalasari
18 November 2022, 09:24
Seniman tampil saat kegiatan Welcoming Dinner and Cultural Performance KTT G20 2022 di kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK), Badung, Bali, Selasa (15/11/2022).
ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Fikri Yusuf/wsj.
Seniman tampil saat kegiatan Welcoming Dinner and Cultural Performance KTT G20 2022 di kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK), Badung, Bali, Selasa (15/11/2022).

Pelaksanaan G20 di Bali yang dilaksanakan di tengah musim hujan menjadi tantangan tersendiri, terutama acara jamuan makan malam yang dihelat di Garuda Wisnu Kencana (GWK) pada Selasa (15/11). Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo saat melakukan pertemuan dengan sejumlah pemimpin redaksi media nasional di Hotel Apurva Kempinski, Bali pada Kamis (17/11).

“Saya sudah putuskan gala dinner di GWK, disiapkan lighting-nya dengan baik, dan prakiraan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) pada hari itu akan hujan,” ucap Jokowi.

Dia mengatakan, panitia berencana melakukan rekayasa cuaca setelah mendapat informasi bahwa diperkirakan akan hujan. “Kita menggunakan BMKG dan kita menyiapkan Teknologi Modifikasi Cuaca atau TMC” ujar Jokowi.

Jokowi membantah jika panitia G20 menggunakan jasa pawang hujan. Dia mengatakan bahwa rekayasa hujan murni berdasarkan cara ilmiah.

“Kita ini ilmiah sekali. Setiap ada gumpalan awan yang menimbulkan potensi hujan langsung disergap tim TMC,” kata Jokowi. TMC menyergap awan dengan menabur garam, yang biasanya sebanyak 1,5 ton, kemudian ditambah menjadi 27 ton.

Namun demikian, dia mengatakan bahwa pemerintah daerah juga turut membantu kesuksesan acara tersebut yang bisa saja menggunakan kearifan lokal.

Jokowi juga menceritakan bagaimana dirinya dikabarkan adanya hujan yang terjadi sebelum acara jamuan makan malam. “Sore sampai malam, saya dikabari bahwa pesawatnya masih terbang. Jadi tiga hari jelang gala dinner urusan cuaca menjadi fokus panitia,” kata Presiden.

Saat malam pelaksanaan gala dinner, cuaca memang sangat bersahabat, udara sejuk dan tidak hujan. Para kepala negara pun sangat menikmati sajian makan malam dan menyaksikan pagelaran seni.

Bagaimana TMC bisa cegah hujan?

Dihubungi terpisah, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa TMC merupakan kolaborasi BMKG, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan TNI AU, dengan didukung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

“Biasanya garamnya 1,6 ton yg ditabur dengan 2 kali sorti (penerbangan), kemarin 15 November 2022, kita menggunakan garamnya 11,2 ton dengan 11 kali sorti,” ucap Dwikorita.

Selain itu, Dwikorita juga menyampaikan bahwa tim TMC mulai bekerja sejak tanggal 10 November 2022 pagi hingga 16 November 2022 pukul 16.00 WITA. Tim TMC menggunakan total 29 ton garam yang ditabur melalui 28 sorti penerbangan.

“Tujuannya, awan segera dihalau, segera diturunkan sebagai hujan sebelum memasuki area perhelatan. Dan yang terjadi kemarin awan yang sudah terlanjur menutup merata di atas area perhelatan segera diturunkan sebagai hujan beberapa jam sebelum acara dimulai. Kita menggunakan empat pesawat terbang,” kata Dwikorita.

 Good News from Indonesia (GNFI) bersama Lembaga survei Kelompok Kajian dan Diskusi Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) merilis hasil survei salah satunya terakit persepsi anak muda terhadap dampak penyelenggaran Group of Twenty alias G20.

Hasilnya, mayoritas atau 65,5% responden menyatakan bahwa prsidensi G20 di Indonesia tahun ini akan bermanfaat bagi ekonomi Indonesia, khususnya generasi muda.

Reporter: Yura Syahrul

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...