Erupsi Gunung Semeru Tahun Ini, Apa Lebih Berbahaya Dibanding 2021?
Gunung Semeru mengalami peningkatan aktivitas vulkanik mulai Minggu 4 Desember 2022. Aktivitas gunung tertinggi di Pulau Jawa itu mengulang hal yang sama setahun lalu.
Seperti tahun lalu, letusan Gunung Semeru membuat ribuan warga harus diungsikan. Bahkan pada tahun lalu menyebabkan 46 orang meninggal.
Koordinator Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG, Oktori Prambada, mengatakan aktivitas gempa di Gunung Semeru tahun ini tak berbeda jauh dengan yang terjadi pada setahun lalu.
Namun, Oktori mencatat tingkat kerusakan pada erupsi tahun ini lebih rendah lantaran letusan disebar dalam waktu tertentu.
"Hingga saat ini belum menerima laporan korban jiwa maupun kerugian materil dari Erupsi Semeru yang berlangsung pada 4 Desember 2022 dini hari," kata Oktori kepada Katadata.co.id, Senin (5/12).
Pada 2021, Erupsi Semeru berlangsung selama sekitar dua menit. Kondisi ini menyebabkan lebih dari 2.000 rumah harus direlokasi dan memakan korban jiwa sebanyak 46 orang.
Adapun, pada 4 Desember 2022 erupsi terjadi rentang pukul 00.00 WIB sampai 12.00 WIB. PVMBG mencatat jumlah dan jenis gempa didominasi oleh gempa awan panas dan gempa letusan sebanyak 13 kali dengan amplitudo awan panas terekam 40 milimeter.
Sebaran material erupsi berupa lontaran batuan pijar diperkirakan dapat mencapai radius 8 kilometer dari puncak, sedangkan material lontaran berukuran abu saat ini mencapai 12 kilometer ke arah tenggara.
Selain itu, kesadaran masyarakat akan terjadi bahaya bencana alam juga meningkat. Kondisi ini berbeda dengan 2021. " Tahun lalu masyarakat sekitar Semeru belum terlalu peduli dengan notifikasi kebencanaan atau informasi yang diberikan dari PVBMG. Arti mitigasi belum terlalu diserap oleh masyarakat seperti sekarang," kata Oktori.
PVMBG meningkatkan status Gunung Semeru di Jawa Timur menjadi Level IV atau Awas sejak Minggu (4/12). PVMBG belum akan menurunkan status Gunung Semeru melihat perkembangan situasi saat ini.
"Kami biarkan saja Semeru menyelesaikan tugasnya untuk menyeimbangkan alam seperti ini. Enggak selamanya juga Semeru marah-marah seperti ini, kasih waktu saja," kata Oktori.
Peneliti Bumi Madya PVMBG, Agus Budianto, menjelaskan status Awas ini untuk memberikan peringatan bahaya kepada masyarakat yang bermukim di kawasan rawan bencana tersebut. Masyarakat diminta keluar dari daerah tersebut.
"Ketika kami menaikkan (status) menjadi Awas berarti ada ancaman yang bisa terjadi kepada warga yang masih berada di kawasan rawan bencana," kata Agus.
Suplai magma di Gunung Semeru relatif tinggi, demikian juga eruption rate-nya terlihat dari hampir setiap hari Semeru ini meletus dan terjadi akumulasi material vulkanik di puncak.
PVMBG merekomendasikan agar tidak ada aktivitas dalam radius 17 kilometer di Besuk Kobokan dan Kali Lanang sejauh 19 kilometer.