Peneliti BRIN Ungkap Potensi Badai dan Banjir di Jabodetabek Besok
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meminta masyarakat di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi mewaspadai potensi banjir pekan ini. Hal tersebut karena mereka memperkirakan akan ada cuaca buruk di wilayah tersebut pada Rabu (28/12).
"Siapapun anda, yang tinggal di Jabodetabek khususnya Tangeran dan Banten, mohon bersiap dengan hujan ekstrem dan badai dahsyat," kata peneliti BRIN Erma Yulihastin dalam unggahan di akun Twitternya, Senin (26/12).
Erma menjelaskan, badai besar dari laut akan pindah melalui dua jalur yakni dari barat melalui angin baratan serta dari utara melalui angin permukaan. Banten hingga Bekasi akan menjadi titik pertemuan dua angin tersebut.
"Dimulai sejak siang hingga malam hari," kata Erma.
Erma mengatakan angin yang merupakan "tol hujan" tersebut mulai terbentuk pada Selasa (27/12) pukul 03.00 WIB. Lokasinya berada di atas Samudera Hindia dan akan bergabung dengan badai konvektif skala meso yang terbentuk di daratan.
Jalan tol hujan ini bukan hanya menjadi penghubung suplai kelembapan ke darat, namun menjadi jalan badai mengakumulasikan energinya. "Sehingga badai bersifat long lasting," katanya.
Hasil kajian BRIN, ketika badai menyeberang ke Selat Sunda, maka akan mengalami penggabungan. Dampaknya, akan terbentuk sebuah badai raksasa di atas Jabodetabek. "Mekanisme ini yang harus diwaspadai," katanya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem selama libur Natal dan Tahun Baru atau Nataru. Ada empat fenomena yang dapat memicu cuaca ekstrem.
Pertama adalah peningkatan aktivitas Monsun Asia yang memicu pertumbuhan awan hujan secara signifikan di Indonesia bagian barat, tengah dan selatan.
Kedua, semakin intensifnya fenomena Seruakan Dingin Asia. Ini dapat meningkatkan kecepatan angin permukaan di Indonesia bagian barat dan selatan. Pembentukan awan-awan hujan menjadi lebih intensif di sekitar Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara.
Ketiga, indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia. Ini dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif yang cukup masif, sehingga bisa menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi yang dikhawatirkan dapat mencapai ekstrem.
Keempat, terpantaunya aktivitas gelombang atmosfer, yaitu fenomena Madden Julian Oscillation. Ini merupakan pergerakan arak-arakan awan hujan dari arah Samudra Hindia di sebelah timur Afrika.
(Catatan redaksi: Artikel ini diubah pada Rabu (28/12) pukul 14.20 WIB untuk memperbaiki nama narasumber menjadi Erma Yulihastin)