Komet C/2022 C3 (ZTF) Mulai Terlihat di Utara Bumi, Indonesia Kapan?
Sebuah komet dengan warna hijau cerah mendekati Bumi untuk pertama kalinya dalam 50 ribu tahun. Komet yang mendapatkan nama C/2022 E3 (ZTF) ini berasal dari luar sistem tata surya, dan diperkirakan dapat terlihat di angkasa bagian selatan bumi, termasuk Indonesia, pada awal Februari mendatang.
Menyitir BBC Internasional, Badan Antariksa dan Penerbangan Amerika Serikat, NASA, menyebutkan komet tersebut pertama kali terlihat pada Maret 2022 saat berada pada jalur orbit Jupiter.
Hal ini juga yang menjadi latar belakang dari nama komet C/2022 E3 (ZTF). Sementara ZTF merupakan singkatan dari Zwicky Transient Facility, nama dari fasilitas pengamatan astronomi di Palomar, California, Amerika Serikat.
Pada Kamis (12/1) lalu, komet tersebut akan berada pada titik terdekatnya dengan matahari. Kondisi ini membuat masyarakat yang tinggal di bagian utara Bumi bisa melihatnya melalui teropong sebagai sebuah cahaya hijau kecil di angkasa.
Para ilmuwan memperkirakan komet tersebut akan berada di titik terdekat dengan Bumi pada 2 Februari.
"Komet terkenal tidak dapat diprediksi, tetapi jika komet ini melanjutkan tren kecerahannya saat ini, komet tersebut akan mudah dikenali," tulis NASA dalam blognya awal bulan ini, seperti dikutip BBC Internasional, Jumat (13/1).
Kapan Orang Indonesia Dapat Melihat Komet C/2022 E3 [ZTF]?
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan masyarakat di seluruh bagian Indonesia dapat menyaksikan komet ini melintas mulai 1 Februari 2023 mendatang, mulai pukul 18.30 hingga 2 Februari pukul 02.30 WIB.
"Dari arah utara dekat konstelasi Camelopardalis," tulis peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang, dalam situs resmi BRIN yang dikutip Sabtu (14/1).
Khusus untuk warga ibu kota, Andi memperkirakan komet ini akan terlihat di posisi sebelah utara, dan akan mencapai titik tertingginya pukul 21.53 WIB dengan ketinggian 11.9 derajat.
Sementara titik terdekat komet dengan Bumi diperkirakan terjadi pukul 00.32 WIB pada jarak 42.472.000 kilometer dari Bumi.
Untuk mengamati Komet C/2022 E3 (ZTF) ini, BRIN menjelaskan, masyarakat cukup mencari tempat yang bebas dari polusi cahaya, dengan arah pandangan bebas dari penghalang. Termasuk kondisi cuaca yang cerah.
Untuk itu, bagi masyarakat yang tinggal pada daerah dengan tingkat polusi cahaya sedang hingga tinggi atau kawasan kota, kemungkinan akan sulit mengamati komet ini dengan mata langsung, tanpa bantuan teleskop atau teropong.
Andi menilai melihat fenomena komet ini akan menjadi pengalaman berharga, karena hanya melintas sekali dalam rentang waktu siklus hidup manusia.
Hal ini dikarenakan orbitnya yang memiliki bentuk hiperbola. Andi menjelaskan, orbit hiperbola merupakan orbit dengan nilai kelonjongan atau eksentrisitas lebih besar dari satu, sehingga membentuk kurva terbuka pada kedua titik fokusnya.
"Komet ini tidak dapat ditentukan periodenya meskipun gerak harian dapat ditentukan. hal ini karena bentuk orbit yang hiperbola sehingga terdapat dua titik lenyap yang letaknya berada di jarak tak berhingga," jelas Andi.