Erick Thohir dan La Nyalla Diminta Tak Jadikan PSSI Loncatan Politik
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) AA La Nyalla Mahmud Mattalitti resmi maju sebagai calon Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) periode 2023-2027. Pengamat sepak bola berharap keduanya tak menjadikan posisi Ketum PSSI hanya sebagai batu loncatan.
Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali mengatakan nama keduanya sebenarnya cukup kompeten untuk memimpin PSSI. Namun, ia mengatakan ada kans baik Erick maupun La Nyalla berpotensi membidik posisi politik.
Akmal mengatakan nama Erick saat ini masuk bursa sebagai calon Wakil Presiden pada Pemilu 2024. Sementara itu, LaNyalla telah berancang-ancang untuk mendapatkan kursi pada pemilu selanjutnya.
"Jangan sepak bola kita jadi batu loncatan dan enggak jadi prioritas. Jangan sampai pemilihan Ketua Umum PSSI, tapi tujuannya Pemilu 2024," kata Akmal kepada Katadata.co.id, Selasa (17/1).
Akmal mengatakan praktik tersebut bukan lagu baru dalam sejarah PSSI. Akmal mencontohkan Ketua Umum PSSI periode 2016-2020 Edy Rahmayadi yang rangkap jabatan sebagai Gubernur Sumatra Utara periode 2018-2023 sebelum mengundurkan diri pada 2019.
Selain itu, Akmal menilai Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan yang sempat santer dikabarkan mengincar posisi Gubernur Jawa Barat. Oleh karena itu, Akmal berharap Erick dan La Nyalla menyatakan komitmen tertulis untuk tidak menjadikan PSSI sebagai batu loncatan politik.
Di sisi lain, Akmal menilai Erick dan La Nyalla memiliki latar belakang dan pengalaman yang cukup untuk menjadi Ketua Umum PSSI selanjutnya. Akan tetapi, anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan menilai latar belakang dan pengalaman saja belum cukup untuk menjadi Ketua Umum PSSI.
"Kemampuan Erick dan La Nyalla untuk memimpin sepak bola untuk memerangi mafia sepak bola harus diuji. Pasalnya, 2 tahun terakhir, dua jenderal bintang dua tumbang," kata Akmal merujuk pada nama Iriawan dan Edy.
Pengamat Sepak Bola Kesit Budi Handoyo mengatakan Erick memiliki pengalaman yang kuat untuk memimpin PSSI hingga 2027. Pasalnya, Erick pernah menjadi Presiden Inter Milan pada 2013.
Erick juga pernah mengurus Klub Persija dari balik layar saat Sutiyoso menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 1997-2007. Ia juga pernah menjadi Wakil Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat.
Namun Kesit menilai potensi PSSI menjadi batu loncatan politik untuk Pemilu 2024 oleh Erick cukup besar. Ia khawatir jika fokus Ketua Umum terpecah, makan kejadian buruk seperti Tragedi Kanjuruhan bisa berulang.
"Kalau figur Ketua Umum PSSI punya agenda lain, dalam hal ini perpolitikan nasional, siap-siap saja kita akan menghadapi masalah yang sama," kata Kesit.
Erick dan La Nyalla mendaftarkan dirinya ke Kantor PSSI di Gelora Bung Karno kemarin, Minggu (15/1) pagi. Erick mengatakan bahwa pencalonan dirinya sebagai ketua umum PSSI karena merasa terpanggil dan punya nyali untuk membenahi carut-marutnya sepakbola Indonesia.
Sebelumnya, Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan Erick telah meminta izin terkait pencalonannya sebagai Ketua Umum PSSI periode 2023-2027 kepada presiden Joko Widodo. Pramono menegaskan Kepala Negara tidak akan mengintervensi proses pemilihan tersebut.
Adapun dua pimpinan PSSI saat ini, Mochamad Iriawan dan Iwan Budianto, memutuskan untuk tidak mencalonkan diri sebagai Ketua Umum organisasi tersebut dalam kongres pada 16 Februari mendatang.
Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan memastikan ia tidak akan maju lagi sebagai pemimpin PSSI. Namun, ia berjanji akan tetap mengawal proses Kongres Luar Biasa untuk memilih para pemimpin baru PSSI.
Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Ketua Umum PSSI Iwan Budianto. Ia menegaskan tidak akan mencalonkan diri baik sebagai Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, maupun Exco PSSI. Tragedi Stadion Kanjuruhan yang merenggut banyak korban menjadi alasan utamanya tidak mau lagi terlibat di PSSI.
“Rasanya tidak elok dan tidak etis jika saya kembali duduk di Exco PSSI. Itu sebabnya saya tidak mau mencalonkan dan tidak bersedia dicalonkan,” ujar Iwan, Minggu (15/1).
Kepengurusan PSSI menjadi sorotan setelah terjadi tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022. Tragedi tersebut menewaskan 135 orang dan melukai ratusan penonton lainnya.