Gunung Karangetang Paling Sering Erupsi, Muntahkan Magma Tiap Tahun
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan status Gunung Karangetan di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, yang sebelumnya level II atau waspada menjadi level III atau siaga sejak Rabu (8/2). Badan Geologi mewaspadai dan memperingatkan potensi Gunung Kerangetan mengalami erupsi.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat Gunung Karangetang sebagai gunung berapi yang paling aktif di Indonesia dengan seringnya mengalami kejadian erupsi hampir setiap tahun.
PVMBG menghitung gunung berapi ini telah memuntahkan sebanyak 145 juta meter kubik magma selama dua dekade terakhir. Koordinator Gunung Api PVMBG Badan Geologi Oktory Prambada mengatakan berdasarkan volume laju erupsi jangka panjang terdapat 1.237 titik panas yang tercatat melalui citra anomali panas sejak 2000 sampai sekarang.
"Kami konversi ke dalam akumulasi volume magma itu sebanyak 145 juta meter kubik dari tahun 2000 hingga terakhir krisis pada tahun 2019, sehingga kalau kami rata-ratakan output per harinya adalah 21.000 meter kubik," ujar Oktory dalam konferensi pers yang dipantau di Jakarta, Kamis (9/2).
Adapun volume laju erupsi jangka pendek yang terhitung sejak 2018 sampai 2019, akumulasi volume magma yang dikeluarkan selama satu tahun adalah sebesar 7 juta meter kubik.
Oktory menerangkan bahwa volume laju erupsi jangka pendek (2018-2019) merupakan akumulatif magma cukup besar di Gunung Karangetang.
"Apakah ini bisa terjadi lagi di tahun ini? Memungkinkan karena dalam sejarahnya lonjakan-lonjakan akumulasi volume ini juga terjadi pada tahun 2007, 2011, dan terakhir pada 2019," kata dia.
Bahaya Erupsi Gunung Karangetang
Lokasi pusat erupsi Gunung Karangetang hanya berjarak empat kilometer dengan batas pantai. DI area pantai itu menjadi tempat pemukiman penduduk.
Saat Gunung Karangetang erupsi, akan mengeluarkan guguran lava dari kubah lava dan juga muntahan lahar. Gunung Karangetang juga selalu mengalami aktivitas vulkanik berupa gempa yang terkait dengan suplai magma hampir tiap hari.
Oktory mencatat, output yang didominasi oleh gempa embusan dan gempa guguran justru mulai muncul pada Januari 2022 sampai Februari 2023.
Ketika guguran itu muncul, maka ada lava yang keluar dari Gunung Karangetang, kemudian membeku dengan cepat.
Data seismogram menunjukkan terjadi peningkatan output magma pada Oktober 2022 hingga kini. Seismik mengindikasikan masih adanya pergerakan magma dengan pelepasan berupa lava, guguran, dan embusan intensif pada Februari 2023.
Satelit thermal belum merekam adanya hotspot di puncak Gunung Karangetang secara signifikan. Satelit thermal masih mengindikasikan efusi atau aliran lava ke permukaan dengan intensitas rendah.
Fenomena yang terjadi di Gunung Karangetang bukan volume abu vulkanik, tetapi asap yang dihasilkan oleh kontak pendinginan aliran lava (dengan hujan lokal) yang mencapai 400 sampai 500 meter ke atas puncak.
Menurut Oktory, erupsi gunung api tersebut tidak akan secara langsung mengakibatkan gangguan penerbangan.
"Belum ada sejarahnya erupsi Gunung Karangetang mengganggu penerbangan, tetapi kalau kita lihat dari atas pesawat ada sinar terang, itu api abadi Siau," ujarnya.