Bunga Bank Tinggi Jadi Sorotan Jokowi, OJK Bongkar Pangkal Masalahnya
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membeberkan alasan mengapa margin bunga bersih (NIM) perbankan Indonesia masih besar hingga saat ini. Persoalan tingginya rasio selisih bersih bunga bank ini sempat menjadi sorotan Presiden Joko Widodo.
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara menjelaskan hal tersebut salah satunya karena bank harus menanggung biaya operasional yang besar. Perbankan harus menanggung seluruh biaya untuk operasional, kantor cabang, hingga pegawai.
"Ini memang perlu di-address (ditangani)," kata Mirza dalam acara Focus Group Discussion di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (4/3).
Belum lagi adanya biaya provisi untuk pencadangan dalam menangani kredit bermasalah atau non performing loan. Mirza mengatakan jika rasio kredit bermasalah bisa ditekan maka biaya provisi ini seharusnya bisa lebih kecil.
"Kalau (NPL) bisa ditekan ke 1%, bisa mengurangi biaya," katanya.
Mirza mengatakan cara mengurangi kredit bermasalah adalah memberikan perbankan informasi kredit dengan lebih baik. Semakin banyak laporan tentang nasabah yang diketahui, maka bank bisa mendapatkan profil risiko memadai.
Cara lainnya adalah memperbanyak kompetisi sehingga bunga perbankan bisa lebih murah. Ia berharap akan lebih banyak bank menyalurkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), kredit korporasi, hingga pinjaman untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Langkah berijutnya, menggenjot digitalisasi agar perbankan bisa menghemat biaya operasional. "Dengan teknologi, diharapkan bisa lebih efisien," kata mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia ini.
Tingginya angka NIM bank sempat menjadi sorotan Presiden Joko Widodo. Jokowi mencatat rata-rata NIM perbankan di dalam negeri mencapai 4,4 persen pada tahun lalu.
Berdasarkan Statista, angka NIM tersebut lebih tinggi dibandingkan beberapa negara, seperti Korea Selatan, Thailand, dan Hongkong. "Ini mungkin tertinggi di dunia," kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023, Senin (6/3).
Rasio bunga bersih atau NIM adalah selisih antara suku bunga kredit yang diberikan perbankan dengan suku bunga yang dibayarkan kepada pemilik dana pihak ketiga dalam bentuk simpanan atau pinjaman dana dari pihak lainnya. Semakin besar angka NIM mengindikasikan bahwa potensi keuntungan perbankan dari dana yang disalurkan semakin besar.