Jalan Berliku demi Laboratorium Tes PCR di Sumbar

Sorta Tobing
29 Maret 2023, 08:26
covid-19, pandemi, Dokter Andani Eka Putra, katadata25
Katadata/Ilustrasi: Lambok Hutabarat
Dokter Andani Eka Putra

Dokter Andani Eka Putra terlihat santai menyambut kami yang menunggunya di Restoran Clovia, Hotel Mercure, Sabang, Jakarta Pusat. Ia memakai kemeja putih dengan sendal dan baru saja menyelesaikan sesi rapat via Zoom.

Selama lebih satu jam kami berbincang dengannya. Ia bercerita panjang tentang perjalanannya mendirikan laboratorium tes reaksi berantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR) di Sumatera Barat.

Laboratorium yang juga menjadi tempatnya bekerja di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas menjadi tulang punggung di provinsi tersebut untuk pengetesan Covid-19. Tidak ada laboratorium lainnya di sana.

Semua rumah sakit dan pelayanan kesehatan di Sumatera Barat memakai jasanya. Bahkan cakupannya hingga ke sebagian Sumatera Utara, Bengkulu, dan Jambi. Tidak ada yang dipungut biaya. “Saya tidak cocok minta-minta duit,” kata dokter mikrobiologi itu pada 15 Februari 2023.

Dokter Andani Eka Putra
Dokter Andani Eka Putra (Katadata/Muhammad Zaenuddin)

Awal Membuka Laboratorium Tes PCR

Saat awal membuka laboratorium, pada Maret 2020, dalam sehari ada 200-300 sampel yang masuk ke mejanya. Bersama timnya, ia bekerja hingga larut malam untuk menyelesaikan tes hingga hasilnya keluar.

Targetnya adalah hasil keluar dalam waktu sehari usai tes usap. Jam enam pagi, ia melaporkan semua hasil ke gubernur. Lalu, pada pukul 10-12 siang ia akan mengirimkan surat hasil tes ke para bupati.

Dalam tiga bulan, jumlah pengetesan melonjak hingga 1.500 tes per hari. Bahkan saat terjadi gelombang Covid-19, seperti kasus varian Delta dan Omicron, laboratoriumnya menguji hingga 10 ribu tes.

Bantuan dana tidak ia dapatkan. Ia sempat memakai kartu kreditnya yang punya limit besar untuk membeli keperluan laboratorium. “Sekitar Rp 50 juta. Tapi bulan berikutnya saya bingung bayar tagihannya,” ucap dia sambil tertawa.

Andani juga menghibahkan peralatan laboratoriumnya seharga Rp 800 juta. Sebenarnya alat ini telah ia berikan sejak Desember 2019. Ketika Covid-19 datang, semua alat akhirnya terpakai dan universitas memintanya untuk dihibahkan, sesuai regulasi.

Sekarang aset laboratorium tersebut mencapai Rp 25 miliar. “Itu pahala dari Tuhan karena memeriksakan orang secara gratis,” katanya.

Bantuan baru datang setelah ia curhat kepada Lapor Covid-19. Koalisi masyarakat yang fokus pada data virus corona ini akhirnya menginisiasi sumbangan untuk laboratorium tersebut. Andani bisa bernapas sedikit lega ketika itu.

Dengan bantuan yang datang dari perorangan dan perusahaan itu, Andani bisa terus menjalankan laboratorium tes Covid-19 dengan gratis. Jangan tanya soal istirahat. Ia dan timnya hanya tidur dua hingga tiga jam sehari pada 2020 hingga 2021.

Pulang ke rumah, pekerjaan masih ia lakukan karena laboratorium buka 24 jam. “Tuhan saja yang baik ke saya. Saya pikir stamina akan anjlok, tapi ternyata tidak masalah,” kata dokter lulusan Universitas Andalas dan meraih gelar master dan doktor dari Universitas Gadjah Mada itu.

Yang sulit, menurut pria berusia 50 tahun tersebut, urusan manajemen dan logistik. Andani perlu waktu untuk beradaptasi. Mulai dari mengatur shift pekerja, memastikan para relawan mendapatkan makan, masker, sarung tangan, alat pelindung diri (APD), hand sanitizer, dan lainnya.

Halaman:

Dalam rangka mengapresiasi para tokoh yang berkontribusi besar dalam penanganan pandemi Covid-19, Katadata menyajikan edisi khusus Katadata25. Sebanyak 25 tokoh atau lembaga kami sajikan dalam beragam konten informatif. Simak rangkaian lengkapnya di sini.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...