PDIP Yakin Tak Ditinggal Partai Pendukung Jokowi Soal Koalisi Besar
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Said Abdullah menepis anggapan partainya ditinggal dalam pembentukan koalisi besar yang disepakati partai pendukung pemerintah. Menurut Said PDIP masih dalam barisan yang sama dengan partai-partai yang tergabung dalam koalisi pendukung pemerintahan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin.
"Tidak ada yang meninggalkan PDIP karena faktanya kami diundang kok. Jadi, janganlah bahasa-bahasa (seperti itu)," kata Said di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (2/4).
Gagasan koalisi besar mengerucut setelah lima ketua umum partai pendukung pemerintah bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada Minggu (1/4). Dalam pertemuan terbatas yang digelar di kantor DPP Partai Amanat Nasional para pemimpin partai bersepakat untuk melanjutkan program pembangunan yang telah dilakukan Presiden Jokowi.
Adapun pertemuan terbatas dihadiri oleh Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Mardiono yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu. Dua tokoh lain adalah Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Raya.
Menurut Said alasan PDIP tidak hadir di silaturahmi bersama Jokowi karena sedang berhalangan. Di sisi lain ia memastikan PDIP diundang dalam kegiatan seperti telah disampaikan Zulkifli Hasan selaku tuan rumah,
Menurut Said, PDI Perjuangan menilai acara silaturahmi Ramadan itu sebagai sesuatu yang positif. Dia menyebut rencana membentuk koalisi besar, seperti yang dibahas dalam pertemuan itu, merupakan hal baik dan wajar. Pembentukan koalisi besar itu, lanjut Said, tergantung pada jalannya dinamika dalam pertemuan tersebut.
"Apakah gagasan pikiran itu kemudian dijadikan sebuah konsep besar untuk menjadi sebuah koalisi besar bagi kepentingan bangsa dan negara, itu sah dan bagus sekali," ujar Said.
Meskipun rencana koalisi besar baru mencuat belakangan ini, Said tak menampik bahwa pemikiran itu terbersit di kalangan elite parpol. Hal itu menurut dia wajar seiring dengan semakin dekatnya pelaksanaan pemilu dan pemilihan presiden 2024 mendatang.
Sebelumnya Prabowo Subianto mengaku menemukan kesamaan pemikiran dengan empat ketua umum partai politik mengenai pemilihan presiden 2024 mendatang. Hal itu disampaikan Prabowo usai lima ketua umum partai pendukung pemerintah bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Kantor DPP Partai Amanat Nasional, Minggu (2/4).
"Ternyata ada (kesamaan), kami merasakan ada frekuensi yang sama, ada kecocokan dan kalau dilihat dari pimpinan partai, kami sudah masuk dengan Cak Imin kami masuk timnya Pak Jokowi semua sekarang," kata Prabowo Subianto usai pertemuan.
Menurut Prabowo kesepakatan untuk bergabung dalam koalisi besar didasari pada dinamika yang terjadi. Kelima partai bersepakat bahwa banyak tantangan yang dihadapi dalam berbangsa dan bernegara. Prabowo menyebut tantangan geopolitik menjadi salah satu pertimbangan.
“Untuk ini kami butuh kerja sama yang solid, frekuensi yang sama," ujar Prabowo.
Lebih jauh Prabowo mengatakan setelah ini ketua umum lima partai akan lebih sering bertemu. Salah satu yang menjadi perhatian adalah memastikan keberlanjutan pembangunan yang selama ini telah dilakukan di masa pemerintahan Jokowi dan Ma’ruf Amin bisa terus berjalan.
Meski begitu Prabowo menyebut para ketua umum belum membahas secara spesifik mengenai calon presiden yang akan diusung. Namun, dia mengakui elektabilitasnya sebagai bakal capres di beberapa survei naik karena pemerintahan dianggap berhasil.