Perbedaan Penetapan 1 Syawal Jangan Dibawa ke Ranah Politik
Ketua Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat Ashabul Kahfi meminta agar hasil sidang isbat yang menghasilkan penetapan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1444 H jatuh pada Sabtu (22/4) jangan dibawa ke ranah politik.
Ia mengatakan, hal tersebut saat mendampingi Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas saat menyampaikan hasil sidang isbat di Kantor Kemenag, Jakarta, Kamis (20/4).
"Keputusan sidang isbat ini tidak boleh dibawa kemana-mana, termasuk dibawa ke ranah politik," kata Ashabul.
Ashabul mengatakan, hasil penetapan 1 Syawal 1444 H tersebut harus dijadikan sebagai sarana memperkokoh hubungan di antara kalangan umat Islam.
Ia pun mengimbau agar perbedaan penetapan Idul Fitri tidak perlu diperdebatkan. Apalagi, tambah Ashabul, perdebatan tersebut mengarah ke debat kusir yang tidak perlu.
"Masing-masing pihak pasti memiliki argumen Syar'i dan ahli untuk membenarkan pandangannya. Semua pihak diharapkan untuk menghormati keputusan berbagai pihak dalam penentuan 1 Syawal," katanya.
Lebih jauh, ia mengimbau bagi umat Islam yang menetapkan lebih awal dari keputusan pemerintah untuk menghormati umat Islam yang masih menyempurnakan puasanya di hari terakhir.
Dalam penerapannya, ia mencontohkan bagi yang sudah berbuka, diharapkan tidak makan dan minum di sembarang tempat sebagai bentuk penghormatan bagi masyarakat yang masih ingin menyempurnakan puasanya sampai di hari ke-30.
Senada dengan Ashabul, Yaqut juga meminta agar perbedaan yang ada tidak dipertonjolkan.
"Mari sama-sama kita mencari kesamaan-kesamaan di antara kita, agar seluruh umat Islam ini bisa saling menjaga keamanan, ketertiban, dan tentu kenyamanan dalam bermasyarakat berbangsa bernegara dan sekaligus menjalankan perintah agama," katanya.
Di sisi lain, keduanya pun satu suara untuk mendorong penerintah dalam memberikan ruang serta memfasilitasi bagi masyarakat yang melaksanakan ibadah salat Idul Fitri lebih awal dari ketetapan pemerintah.