Petikan Pidato Berapi-api Jokowi: Tak Ingin Relawan Salah Pilih Capres
Presiden Joko Widodo telah berpidato dalam acara Puncak Musyawarah Rakyat (Musra) yang digelar para relawan Jokowi. Dalam acara yang digelar pada Minggu (14/5), Jokowi memberikan arahan mengenai calon presiden kepada para pendukungnya.
Saat berpidato, Jokowi sempat menyampaikan beberapa hal secara berapi-api. Salah satunya soal kriteria calon pemimpin di Indonesia ke depan harus dekat dan memahami kebutuhan rakyat.
"Rakyat kita butuh pemimpin yang tepat. Butuh yang dekat dengan rakyat, paham hati rakyat, tahu kebutuhan rakyat," kata Jokowi setengah memekik di Istora Senayan, Minggu (15/5).
Dalam pidato sepanjang 25 menit itu, Jokowi juga meminta para relawan bersabar untuk memutuskan calon presiden. Alasannya, Indonesia bisa berjalan ke arah yang salah jika keliru memilih pemimpin.
"Jangan grusa grusu, tergesa-gesa. Begitu keliru, kita enggak bisa kembali lagi," katanya.
Berikut beberapa petikan pidato berapi-api Jokowi:
Kriteria Pemimpin
Saat awal pidatonya, Jokowi mengatakan 280 juta penduduk Indonesia memerlukan pemimpin yang tepat. Ia berharap presiden berikutnya bisa memahami kebutuhan masyarakat.
"Yang mau bekerja keras untuk rakyat, itu yang dibutuhkan," kata Jokowi setengah berteriak dan disambut riuh ribuan relawan.
Tak hanya itu, Jokowi ingin penerusnya merupakan sosok yang berani dalam mengambil kebijakan untuk rakyat.
Presiden Tak Boleh Hanya Duduk Di Istana
Jokowi juga berpesan agar pemimpin selanjutnya paham memajukan Indonesia. Presiden berikutnya juga harus tahu potensi negara dan bagaimana cara memajukannya.
Tak hanya itu, Presiden meminta pemimpin baru tak hanya bekerja secara rutin. "Bukan duduk di Istana, tanda tangan. Bukan itu," kata Jokowi setengah berapi-api.
Tak Ingin Relawan Salah Pilih Pemimpin
Jokowi juga berharap relawan tidak salah memilih pemimpin. Ini karena peluang besar Indonesia menjadi negara maju akan terjadi dalam 13 tahun ke depan.
Jokowi menjelaskan saat ini ada bonus demografi besar yang bisa dinikmati Indonesia. Meski demikian, bonus tersebut harus dimanfaatkan pemimpin untuk memacu kemajuan bangsa.
"Kesempatan ini hanya sekali. Begitu kita keliru memilih pemimpin untuk 13 tahun ke depan, hilang kesempatan jadi negara maju," kata Jokowi.