Top News: Booming Aplikasi Threads, Estimasi Waktu RI jadi Negara Kaya

Aryo Widhy Wicaksono
7 Juli 2023, 05:50
Aplikasi Threads
Play Store & Katadata/Desy Setyowati
Aplikasi Threads

Aplikasi Threads milik Meta menarik perhatian lebih dari 10 juta pengguna dalam waktu tujuh jam setelah diluncurkan pada Kamis (6/7). Aplikasi baru dari perusahaan Mark Zuckerberg ini bakal menjadi pesaing berat Twitter.

Meskipun pengembang Threads ingin membedakannya dari Twitter, aplikasi ini memiliki banyak kesamaan fungsional. Dari utas yang fokus kepada teks, dan memiliki batasan maksimal 500 karakter. Kemudian, pengguna juga dapat saling menyapa dengan simbol @, serta membalas, membagikan, atau mengunggah ulang sebuah utas.

Berita mengenai kehadiran Thread menjadi artikel terpopuler atau Top News Katadata.co.id pada Kamis (6/7). Selain itu simak juga artikel mengenai dampak Indonesia naik jadi negara menengah atas, serta lima saham Lo Kheng Hong yang masuk top gainers.

Berikut Top News Katadata.co.id:

1. Cara Menggunakan Aplikasi Threads Milik Instagram, Pesaing Twitter

Induk Instagram yakni Meta meluncurkan aplikasi pesaing Twitter yang diberi nama Threads pada hari ini (6/7). Platform ini hadir ketika Elon Musk membatasi jumlah cuitan yang dapat dilihat pengguna di Twitter.

Threads sebelumnya pernah muncul di Google Play Store pada Senin (3/7). Namun kemudian menghilang.

Meta kemudian meluncurkan secara resmi aplikasi pesaing Twitter itu pada Kamis (6/7). Threads kini bisa diunduh di Google Play Store maupun App Store.

TechCrunch melaporkan, aplikasi Threads terhubung dekat dengan Instagram. Namun aplikasi ini tetap berdiri sendiri. Kontennya berfokus pada teks seperti Twitter, tetapi masih dengan tampilan khas Instagram. Ada tombol suka, komen, unggah ulang alias retweet ala Twitter, dan bagikan.

Simak cara membuat menggunakan aplikasi Threads milik Instagram.

2. Respons Pemilik Twitter Elon Musk saat Threads Diunduh 10 Juta Kali

Pemilik Twitter Elon Musk menanggapi cuitan beberapa warganet terkait Threads, buatan Meta.

Beberapa warganet pun menyinggung Elon Musk soal Threads yang disebut mirip Twitter. “Meta’s new app was built entirely using this keyboard,” kata @DogeDesigner di Twitter, sembari mengunggah gambar keyboard ‘copy paste’.

Elon Musk membalas cuitan tersebut dengan mengunggah emoji tertawa.

Elon Musk juga mengomentari cuitan warganet lain. “Grafik sosial Facebook/Instagram saya pada dasarnya adalah semua orang yang saya kenal di SMA. Jadi, aplikasi di mana Anda dapat membaca semua pemikiran seperti Twitter, dari orang yang Anda ikuti di Instagram, terdengar seperti neraka yang istimewa,” kata @austen.

Sementara CEO Instagram Adam Mosseri mengatakan bahwa fitur Threads sudah ada di Instagram. “Kami Kami berharap dapat menghadirkan sebagian dari apa yang kami miliki untuk foto dan video di Instagram ke Threads dengan teks,” kata melalui unggahan Reels di Instagram, Kamis (6/7).

Ia menjelaskan Meta membangun Threads untuk menciptakan ruang percakapan yang ramah dan terbuka.

Lihat bagaimana respons pemilik Twitter setelah Threads memiliki 10 juta pengunduh.

3. Bank Dunia Beberkan Dampak Indonesia Naik jadi Negara Menengah Atas

Indonesia naik kelas menjadi negara berpenghasilan menengah atas berdasarkan klasifikasi terbaru yang dikeluarkan Bank Dunia.

Pejabat Bank Dunia menjelaskan, perubahan kelas itu secara agregat akan menguntungkan Indonesia, sekalipun ada kemungkinan akses terhadap pinjaman dievaluasi kembali.

Perubahan posisi Indonesia ini seiring dengan pendapatan nasional per kapita Indonesia yang naik menjadi US$ 4.580 atau setara Rp 68 juta pada 2022.

"Secara agregat menurut saya, Indonesia naik kelas ke berpenghasilan menengah atas akan lebih menguntungkan," kata salah seorang pejabat Bank Dunia yang mengetahui informasi ini kepada katadata.co.id, Kamis (6/7).

Kenaikan level Indonesia dalam ketegori Bank Dunia berdasarkan pendapatan per kapita akan berpengaruh terhadap akses pinjaman yang diberikan Bank Dunia. Sebagai negara berpenghasilan menengah, Indonesia selama ini mendapat pinjaman melalui Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (IBRD) di bawah Grup Bank Dunia.

Simak lebih lengkap penjelasan dari Bank Dunia mengenai dampak dari posisi Indonesia sebagai negara berpenghasilan menengah atas.

4. 5 Saham Portofolio Lo Kheng Hong Meroket, Kuasai Top Gainers

Investor kawakan Lo Kheng Hong menjadi panutan banyak investor saham Tanah Air. Sebab pria yang sering dijuluki Warren Buffet asal Indonesia tersebut adalah salah satu sosok investor ritel tersukses di Indonesia.

Tak heran banyak dari para investor yang kerap penasaran untuk melihat daftar portofolio saham Lo Kheng Hong saat ini.

Sebagai seorang investor, Lo Kheng Hong memiliki pengetahuan dan jam terbang yang cukup lama. Ia mengisi portofolionya dengan saham-saham dari berbagai sektor yang potensial.

Keahlian Lo Kheng Hong memilih portofolio saham berbuah manis pada perdagangan sesi pertama Kamis (6/7). Di mana lima dari emiten portofolionya, harga sahamnya meroket hingga menguasai jajaran top gainers.

Ketahui portofolio Lo Kheng Hong yang menguasai jajaran top gainers.

5. Masuk Negara Menengah Atas, Berapa Lama RI Bisa Setara Korsel dan AS?

Indonesia berhasil masuk dalam jajaran negara berpenghasilan menengah atas berdasarkan kategorisasi terbaru Bank Dunia. Namun, naik kelas menjadi negara berpenghasilan tinggi atau negara kaya, seperti yang dicita-citakan pemerintah, terjadi pada 2045 bukan persoalan mudah.

Meski telah masuk dalam kelompok negara menengah atas, posisi Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan banyak negara lainnya. Indonesia masih berada di urutan ke-121 dari 196 negara yang diperingkat oleh Bank Dunia berdasarkan pendapatan nasional bruto per kapita.

Lantas, bagaimana dengan cita-cita untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi atau kaya?

Berdasarkan kategorisasi Bank Dunia yang dirilis pada 2023, negara yang masuk dalam kriteria berpenghasilan tinggi adalah yang memiliki pendapatan per kapita US$ 13.845.

Jika mengacu kriteria tersebut, Indonesia harus meningkatkan pendapatan per kapitanya hingga tiga kali lipat dari posisi saat ini.

Asian Development Bank dalam risetnya pada 2017 lalu menyebutkan, negara-negara di Asia membutuhkan waktu lebih cepat dibandingkan kawasan lainnya untuk bertransisi dari kelompok negara berpenghasilan rendah, ke negara berpenghasilan menengah. Rata-rata waktu yang dibutuhkan mencapai 13 tahun, lebih cepat dibandingkan kawasan lain yang mencapai 17 tahun.

Simak lebih lengkap mengenai prediksi durasi waktu yang dibutuhkan agar RI bisa setara Korsel dan AS.

 

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...