Jokowi Ajak Investor Cina Bangun Industri Mobil Listrik dan EBT
Presiden Joko Widodo mengajak investor Cina untuk berinvestasi di industri ekosistem kendaraan listrik dan energi baru terbarukan. Hal tersebut disampaikan Jokowi di depan para pengusaha Cina di Chengdu, Jumat (28/7).
Jokowi mengatakan investasi di industri ekosistem kendaraan listrik menjadi prioritas pemerintah saat ini. Ekosistem yang dimaksud adalah produksi bahan baku baterai, baterai, hingga mobil listrik hingga jadi.
"Perkiraan kami pada 2035, produksi mobil listrik bisa di atas 1 juta unit per tahun dan untuk kendaraan roda dua listrik 2,4 juta," kata Jokowi dalam saluran resmi Sekretariat Presiden, Jumat (28/7).
Pada Januari-Mei 2023, total mobil listrik yang telah diproduksi di dalam negeri mencapai 17.247 unit. Meski demikian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan kapasitas produksi kendaraan listrik per tahun di dalam negeri masih rendah.
Ini karena kapasitas produksi bus listrik hanya 2.480 unit, mobil listrik sejumlah 29.000 unit, dan sepeda motor listrik sebanyak 1,42 juta unit.
Jokowi mengajak para investor untuk masuk dalam industri energi hijau atau EBT. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mencatat potensi EBT di dalam negeri mencapai 434.000 megawatt (MW).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mendata realisasi kapasitas terpasang EBT pada 2022 baru mencapai 12,557 (MW). Secara rinci, sumber EBT pada 2022 adalah tenaga angin sebanyak 154,3 MW, surya sejumah 271,6 MW, bioenergi senilai 3.086,6 MW, panas bumi sekitar 2,355,4 MW, dan air hingga 6.688,9 Mw.
"Panas bumi sendiri potensinya mungkin ada 29.000 MW. Saya kira ini kesempatan yang baik," kata Jokowi.
Menurut laporan Kementerian ESDM, pada 2017 realisasi investasi di sektor EBT Indonesia sempat mencapai USD 2 miliar. Kemudian di tahun-tahun berikutnya cenderung menurun hingga menjadi USD 1,6 miliar pada 2022.
Aliran modal untuk pengembangan EBT itu jauh lebih kecil ketimbang yang diterima sektor mineral dan batu bara (minerba), ataupun minyak dan gas bumi (migas).
Selama periode 2017-2022 realisasi investasi di sektor minerba sekitar 3-5 kali lipat lebih tinggi dibanding EBT. Investasi di sektor migas bahkan 6-9 kali lipat lebih tinggi atau senilai US$ 13,9 miliar pada 2022.