Reduksi Listrik PLTU Suralaya Saat KTT ASEAN Tak Kurangi Polusi Udara
Penurunan kapasitas produksi setrum Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu Bara Suralaya Cilegon, Banten selama Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT ASEAN pada 5-7 September dinilai tidak membuat kualitas udara di Jakarta menjadi lebih baik. Sebab upaya penurunan pembakaran batu bara di PLTU Suralaya itu tidak diimbangi oleh laju aktivitas kawasan industri di area sekitar Jakarta.
Co-Founder Bicara Udara Novita Natalia mengatakan, penyusutan daya produksi listrik PLTU Suralaya selama hajat KTT ASEAN tak berdampak signifikan bagi pengurangan polutan di Jakarta.
"Waktunya juga pendek ya, kalau penurunan daya hanya dari PLTU Suralaya, sementara sektor industri masih jalan optimal, itu sih sama saja. Namun memang di hari pertama polusi lumayan berkurang," kata Novita di Park Hyatt pada Jumat (8/9).
Dia mengatakan, masifnya kegiatan di kawasan industri yang berada di sekitar ibu kota juga memberikan dampak negatif bagi indeks kualitas udara DKI Jakarta. Kawasan industri yang melingkari Jakarta adalah kawasan industri Pulo Gadung, kawasan industri Cakung, hingga kawasan industri di Kabupaten Bekasi, antara lain kawasan industri East Jakarta Industrial Park (EJIP) dan kawasan industri Jababeka.
"Polusi udara itu kan bercampur, kalau hanya Suralaya tapi industri berjalan normal ya tetap, sama saja. Sumber polutan tidak hanya dari PLTU saja," ujar Novita.
Menurut data dari situs pemantau kualitas udara IQAir, kualitas udara Jakarta pada hari pertama KTT ASEAN sedikit membaik dengan nilai indeks 138. Nilai indeks kualitas udara 138 masuk pada kategori “oranye” yang artinya tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Namun pada Rabu (6/9) kualitas udara ibu kota kembali memburuk dengan indeks kualitas udara 151 dan 155 pada Kamis (7/9). Sementara hari ini, indeks mencapai 168, dengan konsentrasi polutan particulate matter (PM)2.5 mencapai 89 mikrogram per meter kubik (µg/m³). Konsentrasi PM2.5 tersebut 17,8 kali lebih tinggi dari panduan kualitas udara tahunan WHO.
Laman resmi Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, menyebutkan di antara lima wilayah, Lubang Buaya Jakarta Timur memiliki angka PM 2,5 sebesar 121 atau berada di antara patokan 101-199.
Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya tidak sehat karena dapat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Sebelumnya Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN akan meningkatkan porsi keandalan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PTGU) Muara Tawar Bekasi, serta PLTGU Muara Karang dan Muara Tawar yang keduanya terletak di Jakarta Utara.
“Ada satu pembangkit yang saat ini kami turunkan, yaitu Suralaya. Ini demi menjaga agar bagaimana tingkat polusi di Jakarta bisa segera membaik,” kata Darmawan saat memberikan arahan di Apel Siaga Kelistrikan KTT ASEAN di Halaman Parkir Istora Senayan Jakarta pada Kamis (31/8).
Lebih lanjut, kata Darmawan, pasokan listrik di wilayah DKI Jakarta mayoritas dipasok oleh pembangkit gas selama agenda KTT ASEAN. Selain itu, PLN juga tidak menggunakan genset sebagai alternatif produksi listrik.
“Sehingga listrik yang digunakan menjadi lebih bersih dan dampak polusi bisa diminimalisir,” ujar Darmawan.