Kisah Noken dan Sepotong Sagu Sep untuk Ganjar dari Merauke
Noken cokelat terbuat dari kulit kayu menggantung di leher Ganjar Pranowo saat ia meninggalkan rumah makan Pinang Sirih, Merauke, Papua Selatan, Selasa (28/11). Malam itu ia baru saja mengakhiri seluruh rangkaian acara yang disiapkan tim pemenangan di hari pertama masa kampanye.
Sepanjang hari, ada lima kegiatan di lima titik berbeda yang ia ikuti. Di setiap pertemuan, Ganjar menemui massa dari kelompok berbeda. Pagi hari ia menemui warga dari tiga kampung di Distrik Semangga. Lalu meluncur ke Belavista untuk menyapa relawan. Setelah itu ia bertemu dengan rohaniwan terkemuka di Merauke, Uskup Agung Petrus Canisius Wandagi.
Pada sore hari kegiatan berlanjut dengan dialog bersama Gen Z dan ditutup dengan pertemuan dengan tokoh adat dan tokoh agama pada malam harinya. Satu agenda yang akhirnya tak jadi diikuti Ganjar adalah kunjungan dan deklarasi dukungan dari perwakilan suku di Papua Selatan yang berlangsung di SOTA titik nol kilometer yang menjadi wilayah perbatasan Indonesia dan Papua Nugini.
Sehari penuh menghabiskan waktu, tas noken kulit kayu menjadi benda yang tak pernah jauh dari Ganjar. Padahal tas itu baru saja ia peroleh saat baru mendarat di Bandar Udara Mopah Merauke. Noken itu pemberian salah satu masyarakat yang telah menunggu kedatangan Ganjar di hari pertama masa kampanye,
Ganjar punya alasan khusus kenapa noken pemberian warga itu selalu ia bawa selama menggelar kampanye hari pertama. Selain karena alasan kepraktisan untuk membawa benda-benda kecil kebutuhannya, Ganjar mengatakan ada makna filosofis dari noken yang ia bawa.
“Noken ini buatan ibu-ibu Papua, menjadi tempat penyimpanan dan bagi saya sekaligus membawa pesan menampung dan menyerap aspirasi dari masyarakat Papua untuk Indonesia,” ujar Ganjar menjelaskan alasannya.
Menurut Ganjar, noken menjadi simbol yang sesuai dengan tujuan di balik alasan ia memilih Merauke sebagai daerah pertama yang dikunjungi pada masa kampanye. Bersama calon wakil presiden yang akan mendampingi di Pilpres, Mahfud MD, ia ingin menyerap sebanyak mungkin aspirasi dari seluruh masyarakat Indonesia. Itu pulalah yang membuat tema utama kampanye Ganjar - Mahfud di Pilpres dengan “Dari Sabang sampai Merauke.” Ganjar memulai kampanye dari Merauke sedangkan Mahfud dari Sabang, Aceh.
Perjalanan Tak Mudah
Perjalanan Ganjar menyerap aspirasi masyarakat Merauke pada hari pertama kampanye tidaklah mudah. Ia harus menempuh sekitar dua jam perjalanan untuk sampai ke Kampung Waningga Manggo, Warat dan Urum yang terdapat di Distrik Semangga. Lebih dari separuh perjalanan yang dilalui dalam kondisi rusak parah, berlubang di mana-mana.
“Ini masih baik datangnya sekarang, kalau musim hujan ini banjir sudah,” ujar Dedy, salah seorang sopir yang mengantar rombongan Ganjar siang itu.
Buruknya kondisi jalan, menjadi aspirasi pertama yang diterima Ganjar dari warga saat ia sampai di lokasi acara. Lalu satu per satu permasalahan terungkap seperti buruknya fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan yang terbatas, dan lain sebagainya.
“Bapak jalan ke sini 'jalan bagus' Jangan lupa kami. Kami percaya bahwa bapak yg akan kepilih,” ujar Kepala Kampung Wendu Matara, Kalimus Mahuse.
Ganjar menceritakan, beberapa minggu sebelumnya ia telah berkeliling Papua dan mendapatkan banyak masukan dari masyarakat. Di antaranya, kebutuhan akses kesehatan yang menjadi begitu penting. Karena itu, jika dirinya terpilih menjadi presiden, dia ingin membangun fasilitas kesehatan dilengkapi dengan tenaga kesehatan atau dokter di setiap desa.
“Dan itulah salah satu alasan kuat bagi saya dan Pak Mahfud untuk melahirkan program Satu Desa Satu Faskes. Kita mulai dari Merauke, Papua Selatan,” kata Ganjar.
Selain menyampaikan program dari visi misinya dalam pidatonya, Ganjar juga mengajak masyarakat yang hadir untuk berdialog agar dia bisa mengetahui apa yang dibutuhkan masyarakat di Merauke. Saat berdialog dengan Leonard Batfeny yang berasal dari Distrik Korkari RT03 Kampung Kondo, Kabupaten Merauke ia jadi tahu kesulitan warga mendapat akses kesehatan yang layak.
Dalam kampanye kali ini, Ganjar didampingi Wakil Ketua TPN, Andika Perkasa, Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) dan Gatot Eddy Pramono. Mereka yang menjadi tim utama pemenangan Ganjar - Mahfud turut bersama-sama menyerap aspirasi.
Sambut Harapan
Kedatangan Ganjar ke tiga kampung yang ada di Distrik Semangga mendapat antusias warga. Kermina, seorang perempuan yang memiliki tujuh anak mengaku senang bisa menerima kedatangan Ganjar. Ia menyebut baru kali ini bertemu dengan calon presiden.
Menurut Kermina, kedatangan Ganjar ke kampungnya memberi harapan baru. Ia ingin pembangunan di desanya semakin diperhatikan. Salah satu yang menurut Kermina perlu menjadi perhatian adalah perbaikan jalan dan penyediaan rumah layan.
“Kami orang kalau jalan sudah bagus ke mana-mana mudah, setelah itu tolonglah pemerintah lebih memperhatikan rumah kami, ujar Kermina.
Harapan untuk Ganjar juga datang dari Nikodemus Diken, tokoh masyarakat pemimpin suku asli yang tinggal di sekitar kawasan titik nol SOTA. Meski tak jadi bertemu dengan Ganjar ia menitip pesan lewat Andika Perkasa, Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional Ganjar - Mahfud.
Nikodemus mengatakan kedatangan Ganjar ke Merauke adalah langkah baik. Namun dia berharap kunjungan itu dapat direalisasikan menjadi program bila Ganjar terpilih.
Ia mengatakan masyarakat asli Papua yang terdiri dari berbagai suku seringkali terabaikan oleh pemerintah. Ia mencontohkan terbatasnya akses pendidikan dan juga kesehatan. Bahkan Nikodemus menyebut masyarakat seringkali mengalami kesulitan air bersih sementara tidak ada solusi dari pemerintah.
“Kami di daratan yang tidak punya sawah, sulit kami punya anak-anak yang sekolah, Tolong pembangunannya dimulai dari kampung-kampung. Bapak datang ke masyarakat ini semoga bisa membawa hal yang lebih baik,” kata Nikodemus.
Bagi Ganjar memilih berkunjung ke Merauke di hari pertama menjadi peneguh semangat untuk bersungguh-sungguh memajukan Indonesia. Ia berjanji bila nanti terpilih menjadi presiden akan lebih memperhatikan pembangunan dari desa. Selama kunjungan ia pun berbaur dengan masyarakat. Ia menyebut itu merupakan cara baginya untuk lebih mengenal dan dekat dengan masyarakat.
Salah satu cara Ganjar berbaur adalah menikmati kelezatan kuliner khas Merauke, yaitu Sagu Sep bersama dengan warga. Hidangan tradisional ini, terbuat dari campuran tepung sagu, kelapa, daging, dan rempah-rempah.
Ganjar menyatakan makanan sagu sep itu makanan lezat dan enak. Ia pun memakan sagu sep bersama warga. Atmosfer itu menciptakan kebersamaan yang penuh kehangatan. Menurut Ganjar suasana kebersamaan dengan warga merupakan momen penting dalam sebuah proses pembangunan.
"Enak, enak sekali," ucap Ganjar dengan senyum puas.
Dengan menikmati Sagu Sep, Ganjar berharap masyarakat ke depan bisa lebih sejahtera. Ia pun menyampaikan keyakinannya untuk berjuang memenangkan pemilihan presiden 2024 agar bisa mewujudkan apa yang menjadi harapan rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.