Tom Lembong Kritik Kebijakan Internasional Jokowi Hanya Transaksional
Timnas Anies Baswedan-Muhaimin bakal mengubah posisi hubungan luar negeri Indonesia bila terpilih menjadi pemimpin bangsa. Co-captain Timnas AMIN Tom Lembong mengkritik pemerintah menerapkan hubungan internasional yang sangat transaksional dan akan mengubahnya menjadi kebijakan berbasis nilai atau value based policy.
Tom mengatakan pemerintah takut mengambil posisi karena khawatir berdampak terhadap investasi dan ekonomi. Akibatnya tak memiliki pijakan nilai yang kuat.
“Terancam sedikit sedikit di bidang investasi atau perdagangan langsung mundur, langsung wishy washy, plin plan,” kata Tom Lembong saat ditemui wartawan di Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (30/1).
Ketika pemerintah tidak tegas membuat negara lain menjadi tidak menghargainya. Padahal, kata dia, berdasarkan sejarah dunia, negara yang dihargai yang berani bersikap tegas dan konsisten berdasarkan nilai mereka.
Mantan Menteri Investasi ini percaya bahwa tidak hanya Amerika dan Cina yang bisa memberi investasi dan manfaat perdagangan bagi Indonesia. Meski Indonesia mengambil posisi kontra terhadap dua negara ini, Tom positif bahwa negara tersebut bisa menghargai Indonesia.
Ia melanjutkan penjelasan ini dengan pernyataan tidak ada musuh abadi dalam geopolitik. Hal ini ia simpulkan karena kebijakan bisa menyatu atau tervalidasi seiring berjalannya waktu.
“Saat saya mengatakan musuh, tidak perlu ada hubungan buruk bagi mereka api kita hanya perlu teruka dan jelas dengan sisi berlawanan. Jadi banyak teman dan tidak ada musuh,” ujarnya.
Dari pengalaman yang ia miliki, ia bisa menyimpulkan negara yang dihormati adalah negara yang konsisten pada posisinya dalam kancah global. Karena negara itu dihormati, banyak negara mempercayakan pasokan global hingga investasi pada negara tersebut.
“Artinya, dalam pengalaman pribadi kita setuju dengan Amerika 70% dan tidak setuju 30%. Begitu juga dengan ke Cina. Tapi harus jelas kenapa kita setuju dan tidak setuju,” kata Tom. , “Ini penting, daripada kita mengalah atau ngotot tapi dimotori kepentingan sempit seperti investasi dan ekspor.