Jokowi Optimistis Harga Beras Mulai Turun Pekan Depan, Apa Sebabnya?
Presiden Joko Widodo optimistis persoalan kelangkaan dan harga beras yang tinggi dapat diatasi dalam waktu dekat. Ini karena Bulog daerah sudah secara bertahap mengirimkan beras ke Pasar Induk Cipinang.
"Saya kira dalam seminggu, dua minggu ini harga akan sedikit turun. Sambil menunggu panen raya datang," ujar kata Jokowi kepada wartawan di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur pada Kamis (15/2).
Jokowi menjelaskan pemicu kelangkaan beras di pasar saat ini karena kendala distribusi pengiriman dari gudang bulog daerah ke pasar induk. Dia juga menjelaskan terhambatnya penyaluran hasil panen ke pasar berimplikasi pada harga beras yang cenderung tinggi.
"Distribusi terganggu oleh banjir di sejumlah daerah seperti Demak dan Grobogan," katanya.
Melansir data panel harga beras di Bapanas, rata-rata harga beras premium secara nasional di pedagang eceran hari Kamis (15/2) pukul 14.30 WIB berada di Rp 15.900 per kilogram (kg), naik 2,38% dari harga pekan sebelumnya. Sementara harga beras medium naik 2,57% menjadi Rp 13.950 per kg.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi pada awal pekan ini memperoyeksikan penurunan harga beras dapat terjadi mulai Maret bulan depan. Hal ini merujuk pada temuan data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) yang memperkirakan produksi beras mencapai 3,51 juta ton pada Maret 2024.
Di sisi lain, Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan bahwa stok beras domestik saat ini berada di angka 1,18 juta ton. "Itu semua, termasuk yang premium," kata Bayu di Istana Merdeka Jakarta pada Senin (12/2).
Dia mengatakan realisasi impor beras sejauh ini masih berada di kisaran 500 ribu ton dari alokasi 2 juta ton tahun ini. Bayu menjelaskan, impor beras selanjutnya akan masuk secara bertahap saat masa panceklik bulan Juni, Juli dan Oktober.
"Tahun ini kan masih panjang, masih akan melewati masa panceklik. Jadi pemerintah harus persiapan panjang," ujar Bayu.