Faisal Basri: Bansos saat El Nino Sudah Reda untuk Dongkrak Suara
Ekonom Senior Faisal Basri menyebut pembagian Bantuan Langsung Tunai atau BLT El Nino di masa kampanye sebagai upaya mendongkrak suara pasangan calon presiden-calon wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming. Faisal menjadi ahli untuk kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilu atau PHPU di Mahkamah Konstitusi hari ini.
“El Nino ini kebutuhan untuk meningkatkan suara, only that, dari segi data itu, ini yang sangat memilukan dan seolah-olah kita semua bodoh,” kata Faisal, Senin (1/4).
Faisal Basri memaparkan linimasa pemberian bantuan El Nino dan kondisi iklim Tanah Air. Dalam paparannya, Faisal mengutip BMKG yang memprediksi El Nino mendera Indonesia pada Juni 2023. “Ramalan cuaca sudah di-support oleh BMKG, BPS, dan BRIN. Jadi tidak dipercaya lembaga yang memerintah sendiri.”
Pemerintah baru memberi Bantuan Pangan El Nino pada November hingga Desember 2023. Alih-alih melibatkan Kementerian Sosial, justru presiden dan beberapa menteri yang menyalurkan bantuan langsung.
Kementerian Koordinator Perekonomian mengusulkan penambahan bantuan, yakni BLT El-Nino. Bantuan ini kemudian disalurkan pada Januari 2024, hanya sebulan menjelang Pemilu berlangsung. “El Nino-nya sudah mereda, minta perpanjang (bantuan) El Nino. Kenapa, minta diperpanjang? Karena ingin ciptakan panggung-panggung baru,” katanya.
Ia menambahkan, bantuan ini tidak cukup disalurkan lewat mekanisme yang ada, tapi harus menunjukkan pihak yang memberi dengan seragam tertentu. Panggung yang diciptakan ini berguna untuk memastikan efektivitas bansos semaksimal mungkin.
Komisi Pemberantasan Korupsi kemudian mengusulkan larangan penyaluran bansos dua hingga tiga bulan menjelang Pilkada 2024. Meski demikian, usulan ini disetujui Kementerian Dalam Negeri pada Maret 2024, bulan yang sama dengan pengumuman hasil Pemilu
Selain data linimasa bantuan dan iklim, Faisal kemudian menjelaskan data produktivitas sektor pertanian, khususnya beras. Memakai data Badan Pusat Statistik, Faisal mengatakan luas lahan panen beras tidak ada perubahan berarti kendati ada cuaca ekstrem.
"Kalau kita lihat jumlah kekeringan, banjir, dan cuaca ekstrem, lebih parah 2021 daripada 2023. Kenapa 2021 enggak ada BLT El Nino?” kata Faisal.
Luas panen padi tetap berada di kisaran 10 juta hektare, produksi beras dari 2020 hingga 2022 terus meningkat. Penurunan hanya berkurang 645 ribu ton dari 2022 hingga 2023. “Tapi seolah-olah kita mau kiamat dengan mengimpor tiga juta ton beras,” kata Faisal.
Dosen Ekonomi Universitas Indonesia ini kemudian menjelaskan janggalnya pengaruh impor beras terhadap harga pasaran. Pemerintah menggelontorkan tiga juta ton beras ke pasar, tapi harga beras mencapai harga tertinggi sepanjang sejarah pada Februari 2024.
“Apa yang ada di kepala mereka itu? Oh, siapa tahu nanti dua putaran, masih ada stok bagi beras. Jadi penuh siasat yang menurut saya sudah keterlaluan, sudah terlalu vulgar,” ujar Faisal.
Pendukung Jokowi Pilih Prabowo - Gibran
Ekonom Universitas Indonesia Vid Adrison juga menilai petahana atau kandidat yang didukung petahana cenderung mendapatkan persentase suara yang lebih tinggi dalam Pilpres.
Berdasarkan parameter suara Presiden Jokowi pada Pilpres 2019, kata dia, terdapat perpindahan suara pendukung Jokowi 2019 ke capres terpilih pada Pilpres 2024 Prabowo Subianto.
"Pemilih Joko Widodo pada Pilpres 2019 cenderung memilih Prabowo pada Pilpres 2024," kata Vid dalam sidang lanjutan perkara PHPU Pilpres 2024.
Berdasarkan perhitungan, ia menuturkan kenaikan suara Prabowo pada 2024 rata-rata mencapai 14,6 persen. Peningkatan tersebut, kata dia, salah satunya akibat kunjungan Jokowi menjelang Pilpres 2024.
Dalam periode 22 Oktober 2023 hingga 1 Februari 2024, Vid mengungkapkan Presiden Jokowi berkunjung ke 30 kabupaten/kota dan membagikan 44 bantuan, dengan sebanyak 50 persen kunjungan Presiden berada di Provinsi Jawa Tengah.
Melalui kunjungan itu, dia mengatakan terdapat total bantuan yang digelontorkan senilai Rp 347,2 miliar, belum mencakup Bantuan Modal Kerja Pedagang karena ketiadaan data.
Akibat berbagai kunjungan Jokowi, Vid berpendapat ada kenaikan perolehan suara Prabowo yang cukup besar pada Pilpres 2024 jika dibandingkan perolehan suara Prabowo pada Pilpres 2019.
Ia menyebutkan rata-rata kenaikan suara Prabowo karena kunjungan Jokowi tersebut mencapai sebesar 32 persen, dengan persentase kenaikan terkecil sebesar 6,39 persen dan persentase kenaikan terbesar 66,38 persen.
Selain kunjungan Presiden Jokowi, lanjut dia, kunjungan Prabowo beserta pasangannya, Gibran Rakabuming Raka ke beberapa daerah sebelum Pilpres 2024 turut mendongkrak suara pasangan calon (paslon) tersebut
"Kunjungan Prabowo 2024 dan suara Jokowi 2019 semakin memperbesar kenaikan suara Prabowo pada 2024. Estimasi-nya terdapat kenaikan di 30 kota dengan 6,1 juta tambahan suara," kata dia.