Cegah Banjir Lahar Sumbar Terulang, Jokowi Minta PUPR Tambah Sabo Dam
Presiden Joko Widodo meminta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, menambah 56 sabo dam untuk mencegah bencana banjir lahar di Sumatra Barat. Hal ini dikatakan Jokowi merespons bencana banjir lahar dingin atau galodo, Selasa (21/5).
“Yang ada sekarang baru dua sehingga diperlukan tambahan lagi yang banyak. Saya perintahkan tahun ini harus dimulai, terutama di tempat-tempat yang sangat penting,” ujar Jokowi.
Untuk tahap awal, Jokowi menyatakan ada enam sabo dam yang pembangunannya harus segera dimulai. Ia sudah menugaskan hal ini kepada Kementerian PUPR.
Melansir laman Kementerian PUPR, sabo dam adalah salah satu bangunan sumber daya air yang berfungsi mengendalikan aliran batu atau puing-puing yang dibawa aliran sungai agar tidak terjadi bencana banjir.
Selain sebagai pengendali lahar akibar erupsi gunung berapi, sabo dam juga bermanfaat sebagai pengendali erosi hutan dan daerah pertanian serta mencegah bahaya longsor.
Wakil Gubernur Sumatera Barat, Audy Joinaldy, menyebut idealnya butuh 150 unit sabo dam untuk mengantisipasi potensi banjir serta banjir lahar dingin. Bencana ini kerap membawa materai batu dan kayu dari lereng Gunung Marapi.
"Sekarang kita di Sumbar cuma punya dua check dam, bukan sabo dam. Karena untuk kebutuhan, itu memang masih sangat kurang," katanya dilansir dari Antara, Selasa (21/5).
Perhitungan ini ia dasarkan dari informasi Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, saat meninjau bencana itu. Kata Dwikorita, butuh enam dam di tiap aliran sungai untuk meredam potensi banjir dan banjir bandang lahar dingin.
Padahal, ada 25 sungai yang berhulu ke Gunung Marapi serta berpotensi banjir dan banjir bandang. Dari angka itu, idealnya ada 150 dam di sekitar lereng Gunung Marapi.
Ia kemudian membandingkan keadaan ini dengan kondisi aliran sungai sekitar Gunung Merapi, Yogyakarta. Di sana, ada sekitar 272 sabo dam untuk mengantisipasi banjir, jauh dari kondisi di Sumatera Barat.