Jokowi Berharap Kematian Presiden Iran Tak Berdampak ke Harga Minyak
Presiden Jokowi kembali mengucapkan belasungkawa atas wafatnya Presiden Iran, Ebrahim Raisi. Setelah mengucapkan di akun resmi Twitter/X-nya pada Senin (20/5), kini Jokowi mengucapkannya di sela kunjungan banjir Sumatera Barat.
“Pertama-tama, pemerintah dan masyarakat Indonesia mengatakan duka yang mendalam atas wafat meninggalnya Presiden Raisi di kecelakaan helikopter yang ditumpangi oleh beliau,” ujar Jokowi di posko Pengungsian Batu Taba, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa (21/5) seperti disiarkan dalam Youtube Sekretariat Presiden.
Tidak hanya mengucapkan belasungkawa, Jokowi juga menyelipkan satu harapan. Ia berharap kematian Raisi tidak berdampak pada ekonomi global, terutama harga minyak dunia.
“Karena kalau harga minyak sudah naik, berdampak dari peristiwa itu, itu akan berdampak ke mana-mana, ke kenaikan harga barang dan lain-lain," katanya.
Adapun harga minyak sempat naik usai Presiden Iran, Ebrahim Raisi, dilaporkan tewas dalam kecelakaan helikopter pada Minggu (19/5). Minyak Brent naik ke level US$ 84,24 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) menembus US$ 80 per barel pada perdagangan Senin (20/5).
Meski begitu, dua harga minyak acuan global berbalik turun pada akhir sesi perdagangan dengan Brent merosot ke US$ 83,71 per barel, dan WTI ke level US$ 79,80 per barel. Koreksi berlanjut pada perdagangan Selasa (22/5), dengan Brent turun ke level US$ 82,86 dan WTI US$ 79,16.
Sejumlah analis mengatakan bahwa pasar tidak terpengaruh oleh peristiwa tewasnya Presiden Iran. Hal ini lantaran jabatan Pemimpin Tertinggi Iran dipegang oleh Ayatollah Ali Khamenei yang berhak memutuskan semua urusan negara, bukan Raisi sebagai presiden.
Di saat yang sama pasar juga tidak terpengaruh oleh berita menurunnya kesehatan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud yang tengah dirawat di Jepang.
Kepala Strategi Komoditas ING, Warren Patterson, mengatakan bahwa pasar lebih mengantisipasi rapat kebijakan OPEC terkait produksi minyak pada 1 Juni mendatang. Menurutnya, pasar semakin mati rasa terhadap perkembangan geopolitik.
“Pergerakan harga minyak masih berada dalam kisaran terbatas. Tanpa katalis baru, kita mungkin harus menunggu kejelasan seputar kebijakan produksi OPEC untuk keluar dari kisaran ini,” kata Patterson seperti dikutip dari Reuters, Selasa (21/5).